Sabtu, 12 Desember 2015

Sakiti Aku Sesakit-sakitnya...

Rasanya masih sesedih ini, saat semua yang biasa menjadi tak biasa. Sekian lama menyiapkan hati, sekian lama berkata pada diri sendir " sakiti aku, sesakit-sakitnya". Hingga saat aku pergi nanti, rasa sakit itu sudah tak terlalu lagi. Tapi hingga saat ini, masih saja terasa begitu perih. Bukan hal yang besar memang, tapi sesuatu hal yang mulai berubah tetap saja terasa menyesakkan hati.
Kepergianku tergantung kamu. Aku akan bertahan, saat kamu bertahan. Aku akan pergi, saat kamu sudah mengatakan berhenti. Mungkin memang sudah saatnya. Sekian lama menjalani semua ini, kesalahan yang sama terulang dan terulang lagi. Tapi tetap saja aku tak bisa berhenti. Rasaku padamu tak sesederhana itu.
Saat memutuskan untuk menyayangimu, entah mengapa begitu banyak bagian hatiku yang kuserahkan padamu. Padahal aku tahu, suatu saat sakit itu harus kualami lagi. Jauh lebih sakit dari sakit yang dulu pernah kurasakan. Tapi tetap saja aku tak bisa menolak setiap rasa yang terlanjur ada.
Jangan datang lagi, jangan memelukku lagi, jangan mengecupku lagi, jangan menyentuhku lagi... mungkin itu lebih baik. Sakiti saja aku sesakit-sakitnya. Suatu saat aku yang akan pergi...
Gemini... ajari aku tuk terbiasa...

Senin, 19 Oktober 2015

Pernahkah Merindukanku Seperti Aku Merindukanmu?

Kali ini, aku akan memanggilmu 'Mas'. Seperti yang sering kamu bilang kepadaku sambil bercanda, "Gimana ya kalo kamu memanggilku dengan sebutan 'Mas'?" Tanpa jawaban, kita hanya tertawa waktu itu.
Saat aku menulis ini, seperti biasa, aku rindu kamu Mas. Padahal baru sehari kemarin kita tidak bertemu, tapi sepertinya level rinduku sampai pada taraf yang tak biasa. Hari ini, seperti biasa, kamu ada. Tapi seperti biasa juga, kita tetap aja cuek-cuekan. Kalau aku sih pura-pura cuek, kalau kamu... ga tau lagi...
Sering terlintas dalam otakku, pernahkah kamu merindukanku seperti aku merindukanmu? Mungkin tidak, mungkin iya... aku ga pernah tahu. Pengen banget kirim SMS... "Mas, aku kangen.." tapi aku ga berani. Takut kamu tidak berkenan seperti waktu itu. Aku hanya bisa menunggu, aku hanya bisa berharap kamu meluangkan sedikit waktu menyapaku disini.
Aku tahu kamu sibuk hari ini, tapi tetap saja hatiku mengharap kamu ada disini. Nyesek banget rasanya, sejak tadi pagi belum ada satu sapaanpun di antara kita. 
Sebentar saja, aku ingin merasakan hadirmu ada di dekatku...
Sebentar saja, aku ingin merasakan pelukmu...
Sebentar saja, aku ingin merasakan kecup hangatmu...
Sebentar saja, aku ingin kamu ada...
Mas... aku rindu... boleh?

Selasa, 25 Agustus 2015

Karena Aku Tahu Bagaimana Rasanya Menginginkan Seseorang yang Tidak Pernah Menginginkanku

Teruntuk kamu yang sering sekali datang dan pergi di hidupku, terkadang mendekapku erat namun seketika mengabaikanku, memberikanku hal yang indah lalu mengacaukannya, menyembuhkan luka hatiku, kemudian membuat yang lebih menyakitkan. Menyayangiku lalu melupakanku, memberikanku harapan, lalu membuangku.
Tidak jarang kamu membuatku benar-benar bahagia, merasa tenang, merasa aman, dan merasa kuat. Tidak jarang kamu memelukku erat, memberikan senyuman terindahmu, dan membuatku merasa penting di hidupmu. Tidak jarang kamu menjagaku, melindungiku, dan membuatku merasa aman dan nyaman. Tidak jarang, aku merasa bangga ketika kamu memperhatikanku di depan orang lain seakan nyata perasaanmu padaku.
Kamu adalah kamu. Melakukan apa saja yang membuatmu bahagia. Kamu hanya kebetulan melakukan sesuatu yang aku suka dan membuatku bahagia. Namun aku tahu bukan itu niatmu. Kamu hanya memelukku saat kamu butuh pelukan di tengah kehidupanmu yang terkadang sepi dan merindukan dia. Kamu hanya memperhatikan aku ketika tidak ada dia di sini. Kamu tidak ingin kehilangan aku, tapi aku tahu bukan seperti yang aku bayangkan.
Kamu hanya takut kehilangan penghiburmu. Kamu takut tidak ada lagi yang bisa menjadi pelampiasan kesepianmu. Perasaanmu tidak nyata, tidak untukku.
Aku menyayangimu dengan tulus atau sebut saja aku menyayangimu dengan bodoh. Aku tidak peduli seberapa dalam luka yang kamu berikan atau seberapa dalam kamu menyakiti aku. Aku selalu menerimamu ketika kamu datang dengan sejuta kesedihanmu dan membutuhkan aku untuk mengusir kesepianmu. Aku tidak pernah mengharapkan balasan perasaanmu meskipun itu akan sangat menyempurnakan hidupku.
Aku tidak selancang itu memintanya padamu. Hanya dengan dekat denganmu saja, aku sudah bisa tersenyum bahagia. Hanya dengan melihatmu bahagia saja, meski bukan denganku.
Aku hanya akan menangis sesekali ketika kamu mulai asyik dengan duniamu atau dengan dia, lalu mengabaikan aku seakan aku tidak pernah ada. Aku akan terus tersenyum mendengarmu bercerita menggebu-gebu meski itu bukan tentang kita, bukan tentang aku. Aku hanya akan diam ketika kamu menyakiti. Aku tidak pernah berpikiran untuk membalasmu sedikit pun. Aku hanya akan diam ketika kamu menghancurkan hatiku.
Aku akan menyimpannya dan menyatukannya kembali sendiri. Aku hanya akan memendam kekecewaanku dalam-dalam kepadamu. Aku hanya akan tersenyum. Aku hanya akan mendoakan semoga hidupmu diiringi kebahagiaan selalu.
Aku tidak apa-apa, Sayang! Tenanglah, saja! Jalani saja yang hatimu mau. Jika kamu membutuhkanku, datanglah ke sini! Aku di sini untukmu, meskipun hatiku belum sepenuhnya sembuh. Tidak akan kamu rasakan kekecewaanku. Aku tidak apa-apa, Sayang. Berlarilah sejauh mungkin, kejarlah apa yang kamu mau! Kembalilah kapan saja! Kamu tidak perlu takut sendirian. Selama ini, bukankah aku selalu ada ketika kamu butuhkan?
Cukuplah kamu tahu aku pernah menyayangimu tanpa alasan, sedalam ini, cinta yang membunuhku sendiri.

Selasa, 04 Agustus 2015

Talk to My Heart..

Dear heart...
kamu kenapa sih? || hmm... ga pa pa kok... :)
kamu bohong ya? || iya sih...
masih mikirin dia ya? || iya... :'(
kangen ya? || iya... banget... :(
kamu kenal dan tau dia kan? || iya... hapal malah...
trus, kenapa masih sedih? || ga tau... tetep aja sedih rasanya. terasa ada sesuatu yang berbeda darinya...
so, kenapa masih disini? || pengen menghilang aja...
ngarep dia nyariin kamu ya? || hmmm... iya.. sedikit...
kamu tau kalo itu ga akan terjadi kan? || iya... tau...
udah tau, masih ngarep juga? || aku ga bisa bohong kan... aku masih saja mencuri dengar suaranya, aku masih saja mencari sosoknya... dan saat aku tau dia ada, aku tetep ga bisa apa-apa...
hffftt... kamu tuh bodoh ya? || iya... aku tau... dari dulu tetep aja bodoh. berkali-kali seperti inipun ga bisa buatku berhenti sayang sama dia...
apa sih yang buat kamu sayang dia? || ga tau... ya.. sayang aja...
dia udah nyakitin kamu berkali-kali lo? || trus aku musti gimana, rasa sayangku tetep aja ga bisa hilang...
dia datang dan pergi sesuka dia... kayak gitu masih aja kamu sayang? || pengen banget ga sayang dia lagi, pengen banget ga mikirin dia lagi. tapi setiap kali ada disini, terlebih ada di ruangan itu, tempat semua kenangan ada disana, aku ga bisa... sekian lama dia ada, menjadi bagian dari hari-hariku, menjadi bagian dari cerita hidupku... menjadi bagian dari diriku... aku belum bisa...
trus sekarang kamu mau gimana? || seperti biasa... mencoba berdamai dengan rasa agar tidak semakin terluka...
hmm.. ya udah deh... good luck kalo gitu... || yups... thanks to talk to me... just wish me luck...


Senin, 03 Agustus 2015

Menyayangimu Dengan Sederhana...

menyayangimu dengan sederhana...
tanpa syarat...
tanpa meminta...

Sesederhana itu aku menyayangimu. Tanpa syarat apapun, tanpa meminta apapun, bahkan jika sayangku tak berbalas sekalipun. Cukup bagiku saat masih bisa melihatmu tertawa, mendengar dan menimpalimu bercanda. Cukup bagiku melihat sosokmu ada, walaupun tanpa bisa menyentuh dan memelukmu. Sesederhana itu... hanya itu...
Menyayangimu ibarat roller coaster, suatu saat rasaku melayang tinggi ke udara, disaat yang lain rasaku terpuruk luruh sampai ke tanah. Tapi tetap saja, rasa itu masih tersimpan rapi di hatiku. Walau hanya bisa berpasrah akan hadirnya rasa yang salah, tapi tetap saja tak pernah bisa membuang rasa yang sudah terlanjur ada.
Sempat terbuai akan cerita sebulan kemarin, saat semua terasa indah dan menyenangkan. Bisa bersamamu sepanjang hari, walau tidak berdua saja, jadi satu bahagia untukku menjalani waktu. Melihatmu ada di ruanganku bersama teman-teman kita, menatapmu diam-diam, tanpa ada yang tahu, tapi cukup bagiku bahwa kamu tahu. Sedekat itu, sehangat itu, sesederhana itu.
Dan sekali lagi aku merindu. Rindu hangatnya pelukan yang kamu bawa saat itu, rindu kecupan hangat di pipiku, rindu hadirmu ada di dekatku.
Hanya berharap kamu tahu, walau mungkin kamu tak pernah tahu atau tak mau tahu.
I miss you, Gemini...
I do...

Sabtu, 06 Juni 2015

Happy Birthday Gemini...

Today is your day...
Hari ini adalah hari ulang tahunmu.
Masih teringat jelas, 3 tahun yang lalu, 2 tahun yang lalu dan setahun yang lalu. 
3 tahun yang lalu, aku hanya bisa mengirim SMS selamat ulang tahun yang kamu balas hanya dengan ucapan terima kasih yang dingin. Saat-saat terberat untukku...
2 tahun yang lalu, saat kita ada di tempat yang begitu tenang, begitu damai. Tempat dimana kucurahkan semua sakitku tentangmu. Saat semua luka sudah mulai mereda. Dan sebuah jabat tangan dan ucapan selamat ulang tahun yang terasa sangat biasa saja. Hanya itu...
Setahun yang lalupun, tak ada hal istimewa yang bisa kulakukan untukmu. Walaupun saat itu kamu sudah memelukku lagi, tapi tak ada yang istimewa di hari ulang tahunmu.
Satu hal yang sangat berbeda kali ini. Hari ini aku bisa memelukmu dan membisikkan ucapan selamat ulang tahun untukmu. Memberikan satu kecupan kecil di bibirmu yang kamu balas dengan kecupan hangat di pipiku. Saat-saat yang begitu berarti, mungkin tidak untukmu tapi sangat berarti untukku. Terima kasih memberiku kesempatan merasakan momen itu bersamamu. Mungkin saat-saat itu tak akan terulang lagi. Tapi paling tidak, satu kenangan manis terukir indah di benakku.
Tanpa bisa memberikan apa-apa. Hanya seuntai doa yang kupanjatkan untukmu. Semoga kamu bahagia, semoga Tuhan memberikan yang terbaik untukmu. Melindungi dan menyertai dalam setiap langkahmu.
Happy birthday Gemini...
Wish all the best for you...
I luv you... I'm still...

Rabu, 03 Juni 2015

Dan Akupun Cemburu...

Cemburu... jealous... atau apapun sebutannya...
Selama ini aku mencoba untuk tidak memasukkan kata dan rasa itu ke otakku maupun ke hatiku. Bagiku cukup bila aku bisa bersamamu pada saat aku merindumu. Aku nggak ingin membiarkan rasa cemburu membuatku tersiksa. Berkali-kali kutepiskan rasa cemburu yang kadangkala masih saja datang dan mengganggu. Satu yang pasti, aku nggak pengen cemburu pada 'seseorang'mu.
Tapi ada yang berbeda pagi ini. Tanpa sengaja kulihat foto mesra kalian berdua di Flash Disk yang kamu bawa. Hfftt... tanpa sadar aku menahan nafas. Ada yang terasa ganjil di dadaku. Perasaan cemburu yang selama ini kuyakin takkan pernah ada untuknya ternyata datang juga. I don't know what I feel. Walau aku sadar, aku tak punya hak untuk cemburu padanya. Tapi tetap saja, tak bisa kusangkal dan tak bisa kutepis.
Dan kali ini, akupun cemburu...
Maaf...

Senin, 11 Mei 2015

Kamu dan Senja... Gemini dan Jingga...

Senja...
Entah mengapa setiap kali memandang senja, aku selalu saja mengingatmu. Sinar jingga senja selalu saja membuatku terpana. Sama seperti rasaku padamu. Kamu dan senja... sama-sama membuatku selalu merindu. Bayang-bayang yang semakin samar, lalu menghilang tak terbaca. Sama seperti kamu.
Kamu selalu tak terbaca. Sekian lama ada dalam hidupmu, menjadi lebih dekat dan lebih dekat. Tapi tetap saja, begitu sulit untuk membaca apa inginmu.
Gemini, pernahkah tahu rasaku? Pernahkah mengerti rinduku?
Aku masih saja menatapmu dengan rasa yang sama. Rasa yang tak pernah mampu kuabaikan.
Entah mengapa rasa ini tak jua memudar. Kucari jawab dari setiap tanya dalam kepala. Tak satupun yang aku tahu...
Yang aku tahu... aku selalu merindukan senja...
Sama seperti aku merindumu...

Rabu, 22 April 2015

Rapuhku...

Aku rapuh... 
Aku tidak sekuat yang terlihat... 
Terlebih bila itu tentang kamu...
Berkali-kali aku terjaga dari tidurku semalam dengan rasa yang sangat menyesakkan dada. Entah mengapa feelingku berkata, aku akan kehilanganmu lagi. Ku kira aku kuat, ku kira aku bisa. Sekian lama kusiapkan hati, tapi ternyata tetap saja begitu sulit saat harus memandang sosokmu. Masih dengan rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan dulu.
Aku tak berani memandangmu pagi ini. Kamu ada disana. Diam di mejamu seperti biasa. Begitu inginnya aku menyapa, begitu inginnya aku melihat senyummu. Tapi kali ini aku tak berani. Aku takut tak menemukan apa yang kucari dimatamu.
Tidak semudah kata 'semua akan seperti biasa'. Aku belum bisa. Aku tidak sekuat kamu, aku tidak semudah kamu melupakan semuanya. Terlebih saat harus menyembunyikan semua rasaku agar tak seorangpun tahu. Aku harus tersenyum saat hati ini terasa begitu pilu. Aku harus tertawa saat air mata seakan tak mampu lagi kubendung.
Berkali-kali kupasrahkan kamu dalam doaku. Berkali-kali kucoba berdamai dengan sakitku. Berkali-kali pula aku jatuh dalam kerapuhan yang sama. Rasaku masih saja tak sejalan dengan otakku.
Kenapa harus aku? Kenapa aku harus menyayangimu? Kenapa... kenapa dan kenapa... Begitu banyak tanya yang tak bisa ku jawab.
Aku ingin marah... Aku ingin berteriak... Tapi pada siapa? Aku hanya bisa memendam rasaku sendiri, aku hanya bisa merasa sakitku sendiri. Aku ingin kamu tahu... Tapi apakah kamu peduli? Mungkin tidak. Mungkin bila aku menghilangpun, kamu juga tidak akan peduli.
Sadar diri, tahu diri... Aku bukan siapa-siapa...
Pergilah bila kamu ingin pergi... hanya saja, katakan sesuatu padaku...
Agar aku tak menunggumu lagi...
Gemini... bisakah?

Selasa, 21 April 2015

Sekali Lagi... Lara Hati...

Sekali lagi kurasa lara hati. Sekali lagi kurasakan sakitnya kehilangan yang sama. Kamu tetap datang, tapi tidak lagi membawa rasa seperti biasanya. Kamu datang sekedarnya, menyapa, bercanda, dan bersikap hanya seperti teman biasa. Sementara aku harus menahan rasa rindu yang terasa begitu menyakitkan. Kamu ada, kamu begitu dekat, tapi sama sekali tak bisa kusentuh.
Sekali lagi, hanya dengan kalimat-kalimat yang seakan tak berarti, kamu mengungkapkan rasamu. Kamu tak akan lagi ada. Kamu tak akan lagi menjadi seseorangku. Kamu tak akan lagi memelukku, kamu tak akan lagi mengecupku, dan kamu takkan lagi menyentuhku.
Gemini, pernahkah tahu sakitku? Aku menahan setiap lara sendiri. Sementara kamu, seakan menganggap semua tak pernah berarti. Hanya satu kesalahan yang harus segera terhapuskan. Aku melakukannya dengan hati, aku melakukannya dengan rasa. Walau aku tahu, kamu tidak, tapi tetap saja aku menyayangimu. 
Tidak sesederhana itu bagiku. Tidak cukup hanya dengan kata "Aku pengen, tapi tidak boleh, paham?" Semua lebih dari itu. Aku tak akan pernah menahanmu. Tapi, paling tidak, aku hanya ingin saat kamu ingin semua berakhir, katakan sesuatu padaku. Tidak membiarkanku menunggu dalam ketidakpastianmu. Dengan setiap kalimat yang membingungkanku.
Paling tidak, satu pelukan terakhir untuk menghantar sakitku...

Sabtu, 18 April 2015

Do You See How Much I Love You?

Hai, Gemini...
Aku memimpikanmu semalam tadi. Entah mimpi seperti apa. Hanya saja ada rasa yang tidak nyaman di hati saat aku terbangun. Sama dengan yang kurasa saat ini. 
Seperti biasa, aku merindumu. Sebentar saja ingin kugenggam tanganmu dan ingin kurasa hangat pelukmu. Paling tidak sebagai pertanda bahwa kamu masih ada.
Sungguh terasa begitu tak nyaman saat tak ada sebuah sapaan atau senyuman untukku, atau melihatmu terdiam sendiri memikirkan sesuatu. Menahan diri untuk tidak bertanya saat ada begitu banyak orang di sekitar kita. Terasa begitu menyiksa saat harus terlihat tak acuh dan tak peduli. Sementara hatiku tak bisa dibohongi. 
Gemini...do you see how much I love you? Maybe you don't and maybe you also don't care. But everything I do, everything I say, it's because I really love you.
I love you in my silence...
I love you in my ignorance...
And all I know is.... I just love you...

Kamis, 16 April 2015

Aku Tak Berhak Merasa Cemburu

Ada masa dimana aku tak bisa menepis rasa iri dan cemburu saat melihat keakrabanmu dengan 'dia'. Saat dimana aku tak pernah bisa masuk lagi ke dalamnya. Entahlah, selalu saja ada perasaan yang begitu mengganggu saat melihat semua itu. 
Sadar banget kalau aku nggak punya hak untuk cemburu atau meminta sesuatu darimu. Hanya saja, tetap terasa sedih saat kamu mengabaikanku. Hanya bisa memendam kecewa saat kamu lebih memilih 'dia' daripada aku.
Aku tahu, tempat kita hanya ada di ruang rahasia itu. Di luar sana, kamu dan aku hanya menjadi seorang teman biasa, bahkan tidak juga untuk sebutan 'sahabat' seperti yang dimilikinya.
Berulang kali kukatakan pada hatiku, pada otakku. "Sadar diri donk, tahu diri donk. You are not anyone. And never will be". Tapi selalu saja tak bisa kutepis rasa saat kamu ada di dekatku. 
I'm jealous? I do. Diakui atau tidak, boleh atau tidak.
Hfftt... rasa ini membuat dadaku begitu sesak. Rasa yang harus kupendam sendiri, tanpa seorangpun boleh tahu, termasuk kamu. Menyembunyikan sedih dalam setiap senyum. Menyembunyikan kecewa dalam setiap tawa. 
Seandainya kamu merasa, seandainya kamu lebih peka. Mungkin semua tidak akan menjadi sia-sia. Tapi, sekali lagi, aku tak punya hak untuk merasa cemburu, aku tak punya hak untuk merasa kecewa. 
Seperti apapun hubungan kita, aku hanyalah aku... And I'm not the special one for you.
Is it time to invisible for a while? 
Gemini, I will miss you. I know it. Maybe someday you will understand what I feel... 
What I do is just make a wish...

Jumat, 10 April 2015

Catatan Hati...

Aku ingin menyerah...
Tapi hati tak mau mengalah...
Aku ingin berhenti...
Tapi rasa tak mau mengerti...

Aku menyayangimu...
Tanpa alasan...
Tanpa syarat...
Tanpa meminta...

Sekali lagi kutulis catatan hati...
Tentang seseorang yang masih saja begitu berarti...
Walau sampai kapanpun...
Aku tetap bukan siapa-siapa...
Dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa...

Aku hanyalah aku...
Seseorang yang hanya bisa menyayangimu dalam diam...
Yang hanya bisa membawa setiap rasa yang kupunya...
Dalam sebuah catatan tak berharga...
Gemini... pernahkah kamu mengerti?

Selasa, 07 April 2015

Seperti biasa...

Seperti biasa...
Rindu ini kembali meraja...
Seperti biasa...
Kucari sosokmu dalam pandangan mata...
Seperti biasa...
Kucuri dengar suaramu dalam gendang telinga...

Tak kulihat sosokmu tadi pagi. Hanya terlihat sekilas tadi saat kamu ada di lantai 2, entah memandang siapa. Terlihat lagi saat kamu membantu seorang rekan menyiapkan segala sesuatunya untuk lomba. Tanpa senyum, tanpa sapa. Dan sekali lagi, sosokmu menghilang.
Sungguh aku menahan diri untuk tidak mengirim pesan padamu. Aku hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggu. Duh... kenapa rasanya sesedih ini? Kenapa rasanya segelisah ini?
Aku merindumu... amat... sangat...
Gemini... where are you?


Dear Gemini..

Dear Gemini...
Do you know that i miss you so much?
Waiting for you always be a suffered time for me...

Kamis, 26 Maret 2015

Hari Ini dan Kamu...

Kamu... dan masih tentang kamu...
Hari ini aku membawa sekeping rindu yang kusimpan sejak tadi malam. Entah mengapa, bayangmu terus saja mengusik anganku. Setiap hari aku bertemu denganmu. Tapi tetap saja, rindu itu mengganggu tidurku.
Sayang, bagiku semua tidak sesederhana kata yang pernah kamu ucapkan. Tidak cukup hanya dengan ungkapan "Aku sampai pada taraf merasa aneh bila tidak bertemu denganmu", yang pernah terucap darimu. Bagiku semua lebih dari itu. Tidak hanya sekedar 'aneh', tapi aku benar-benar merindukan keberadaanmu. Setiap hari aku menunggumu di ruanganku. Walau hanya sekedar sapaan sekilas, walau hanya dengan alasan meminjam komputerku, walau hanya menemanimu membuka account Facebook-mu. Semua membuat hariku lebih berwarna. Walau tak juga bisa kupungkiri, aku selalu saja merindu pelukmu.
Hari ini kulihat lagi wajah murungmu. Kamu yang diam dan tidak berucap sepatah katapun. Apakah itu masih kelanjutan skenariomu kemarin, ataukah kamu memang sedang memikirkan sesuatu? Aku tak tahu. Yang aku tahu, masih saja merasa tidak nyaman saat melihatmu bercakap dengannya. Sementara kamu mengabaikanku begitu saja. Jealous? I do. But, I know, it's not my right.
Saat-saat seperti ini adalah saat yang paling aku benci. Saat-saat aku begitu merindumu adalah saat-saat yang paling menyiksaku. 
Do you ever know? Maybe you don't.
But, I really miss you so bad.
Gemini...

Senin, 09 Maret 2015

Aku Rela Untuk Pergi

Aku ingin menghilang...
Aku ingin tak terlihat... 
Hingga kamu lupa...
Bahwa aku pernah ada...

Begitu tersiksa rasanya melihat senyum yang kamu paksakan saat melihatku. Begitu tersiksa melihatmu tertunduk diam tanpa kutahu apa yang mengganggu di kepalamu. Selalu saja muncul rasa bersalah. Selalu saja timbul sebuah tanya. Apakah semua karena aku? Apakah semua memang salahku?
Aku hanya ingin melihatmu seperti dulu. Menjalani hari-harimu tanpa beban. Melihatku tanpa perlu terbebani dengan semua yang pernah terjadi di antara kita. Dan aku rela menghilang untuk itu. Mungkin dengan ketiadaanku, kamu tak perlu lagi mengingat bahwa ada beban yang tampak saat melihatku.
Bukan hal yang mudah untuk tak terlihat di depanmu. Sedangkan aku masih saja begitu tergoda oleh rindu untuk memandang sosokmu, mendengar gelak tawa konyolmu. Masih saja terbersit harap akan hadirmu. Walau aku tahu mungkin semua hanya tinggal angan dan mimpi yang tersisa.
Gemini... aku rela untuk pergi. Kalau memang ini yang terbaik untukmu. Walau masih saja meninggalkan seribu luka, walau masih saja meninggalkan sejuta rindu. 

I miss U much
and still...

Jumat, 20 Februari 2015

Maaf...

rindu...
mengapa kau masih saja diam disitu?
pergilah...
jangan jadikan hatiku semakin patah...

Bukan hal mudah untuk melepaskan rasaku. Sama seperti dulu. Terlebih semua berjalan sampai sejauh ini. Buat aku, semua bukan sekedar 'itu'. Lebih karena aku bener-bener sayang kamu. Bisa memeluk dan menggenggam tanganmu sudah cukup buat aku. Maaf... untuk semua beban yang sudah kuciptakan. Maaf... untuk semua rasa yang belum bisa hilang. Maaf...

SEND!!
RECEIVED!!

THE END!!

Rabu, 11 Februari 2015

Mengakhirinya Dengan Indah

Finally... the time has come...
Akhirnya sampai juga pada saat ini. Saat aku benar-benar harus melepasmu dan membiarkanmu pergi meninggalkanku lagi, kembali pada mereka yang menyayangimu. Sama sepertiku, kembali pada mereka yang menyayangiku.
Setahun sudah kita merenda rasa, terutama aku, entah kamu. Sampai pada satu alasan tak terbantahkan untuk berpisah. Karena kamu memang bukan milikku, karena kamu hanya sebuah titik semu yang ada dalam hidupku. Bukan hal yang mudah melepasmu, walau sudah kusiapkan hati jauh-jauh hari, tetap saja sakitnya menusuk hati.
Kamu tak lagi datang sejak kegiatan itu. Tepat seperti dugaanku. Aku tahu kamu, aku kenal kamu. Kamu jauh lebih kuat dari aku. Kamu masih seorang pria yang lebih mengedepankan logika, tidak seperti aku yang masih saja bergelut dengan rasa. Dan sekali lagi, logikamu lebih unggul daripada rasaku.
Aku menunggumu, menunggu dan menunggu. Sampai tak sanggup lagi kutahan jemariku untuk tidak mengirim pesan padamu. "I miss u... masih boleh?" hanya itu. Tak selang berapa lama, sosokmu tiba di ruanganku. Memelukku erat, mengecup kening, pipi dan bibirku. Lembut, hangat dan menenangkan hatiku. Kunikmati setiap sentuhanmu, karena aku tahu, mungkin ini akan menjadi saat terakhir kamu ada di sini. Dan kamu tak akan pernah datang lagi.
Aku tenggelam dalam sedihku. Menahan jatuhnya air mata yang menyesakkan dada. Hanya diam dan tertunduk, tanpa sanggup mengucapkan sejuta kata yang tertahan di bibirku. Mendengarkan semua rasa yang terucap dari bibirmu, tanpa bisa kubantah, tanpa bisa kupatahkan, karena semua memang benar adanya. 
Menyesal.... haruskah???
Marah.... haruskah???
Semua rasa bercampur dalam anganku. Entah apa yang kurasa, aku tak tahu. Semua terasa melayang hampa, tanpa tahu harus berbuat apa. Aku hanya membeku dalam pelukmu. Aku hanya mampu membisikkan satu kalimat...
"Aku bener-bener sayang kamu", kataku.
"Aku tahu", ucapmu. "Tapi sampai kapan kita mau begini? Membohongi diri sendiri, membohongi orang-orang yang menyayangi kita. Kita egois kan?"
"Iya, aku tahu."
"Kamu tahu kan alasannya kenapa aku nggak pernah kesini," katamu lagi. "Aku nggak bisa untuk tidak memelukmu," ucapmu lirih. "Aku bahkan nggak pernah merasa seperti ini sama 'dia'."
Aku tergugu dalam pilu. Semakin erat kamu memelukku, membuatku semakin tak ingin melepasmu. Aku ingin tenggelam dalam pelukmu. Aku tak ingin melepas rasaku.
"Jangan berubah," pintaku.
"Nggak, aku nggak akan berubah. Tiap hari kita ketemu kan."
Hfftt... kamu tak akan pernah tahu rasaku saat melihatmu melangkah meninggalkan ruanganku. Kamu tak akan pernah tahu betapa sulitnya melihatmu dengan menyembunyikan rasa di mataku. Betapa sulitnya untuk tidak merindumu. Menyembunyikan luka dan sakitku dalam setiap senyum dan tawaku. Dan semua harus kurasakan, setiap hari...
Sekali lagi, kuserahkan kamu dalam balutan doaku. Aku tak akan menahanmu sayang, aku membiarkanmu terbang kemana kamu suka. Bahkan dengan deraian air mata yang seakan tak berhenti sejak 3 hari yang lalu. Saat kusadari, kamu pasti akan pergi.
Pergilah sayang...
Bawalah semua rasaku bersamamu...
Dan terima kasih... telah mengakhirinya dengan indah...

kamu dan kenanganmu...
aku dan rasaku...
I luv u...
and still...





Senin, 09 Februari 2015

Kali Ini Saja...

Sekali lagi... aku terjatuh dalam lubang yang sama. Tempat dimana aku berkubang dalam duka, dalam diam, dan dalam tanya yang tak terjawab. Aku tahu, bukan tanpa alasan bila kamu meninggalkanku lagi. Aku tahu, alasanmu tak terbantahkan. Tapi tetap saja terasa begitu pilu di hati.
Sekali lagi... aku tiba di tempat yang sama. Merenda sebuah asa dan harap yang aku tahu semua hanya tinggal mimpi dan kenangan. Aku masih saja mencari sosokmu. Aku masih saja mencuri dengar suaramu. Aku masih saja tenggelam dalam kenanganku tentangmu.
Aku tahu, kamu tak akan pernah merasakan sakitku. Aku tahu, mungkin bukan hal yang sulit untuk pergi... seperti dulu. Tapi... haruskah terulang kisah yang sama dengan cara yang sama?
Selama ini, mungkin memang hanya ada aku dan rasaku. Kamu dan rasamu masih menjadi sebuah misteri untukku. Terlebih di saat-saat ini. 4 hari kita menjalani kegiatan yang sama, dengan banyak sekali hal-hal yang menampar kisah kita. Tidak ada yang tahu, tapi aku tahu, kamu merasakan hal yang sama denganku. 
Sebelum berangkat, aku menyiapkan hati untuk kehilanganmu karena aku tahu, setelah kegiatan ini, mungkin kamu akan pergi dan tak akan pernah datang lagi. Tapi... aku belum bisa sayang. Tidak semudah itu melepas bayangmu, tidak semudah itu membuang rasaku. Sesakit apapun aku, melihat kamu dan ketidakpedulianmu.
Masih saja kutemukan banyak tanya selama kegiatan kita kemarin. Tatapan mata yang tak biasa dan kaitan jari kakimu di jari kakiku. Hanya ketidaksengajaan? Ataukah ada arti yang harus kutangkap? Aku tak tahu... Tanya itu masih saja berkumandang dalam kepala. Menunggu satu jawaban dari mulutmu. Aku harus apa, sayang?
Kali ini saja... aku tak ingin mengalami rasa yang sama, aku tak ingin mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Aku tak akan menahan kepergianmu. Aku hanya ingin tahu apa yang kamu rasa, dan aku juga ingin kamu tahu apa yang aku rasa. Kita bukan anak kecil lagi yang selalu lari dari setiap masalah. Aku dan kamu, sama-sama sudah menjadi manusia dewasa. Aku hanya ingin kita menghadapinya bersama-sama, apapun hasilnya. Bukan untuk menahanmu, bukan untuk menuntutmu. Tapi lebih untuk menguatkanku. Karena aku tahu, bukan kamu yang butuh penguatan, tapi aku. 
Aku akan lebih kuat saat aku tahu apa yang kamu rasa. Aku akan lebih kuat saat kamu tahu apa yang aku rasa. Aku akan lebih kuat saat semua pertanyaan telah terjawab. Aku akan lebih kuat saat satu genggaman dan pelukan yang mengakhiri semuanya.
Kali ini saja... katakan padaku apa yang kau rasa...
Kali ini saja... ijinkan aku mengakhirinya dengan indah...

I luv u...
and still...

Kamis, 29 Januari 2015

Waktu Terbaik...

Setelah sekian lama, setelah berkali-kali kebimbangan dan ketakutan merajai hati, akhirnya kurasakan lagi waktu terbaik bersamamu.
Pagi itu, kurasakan lagi sesak di dada. Saat sekali lagi tak kutemukan rindu di matamu seperti yang kurasa. Tak bisa lagi kubendung air mata yang hanya bisa kutumpahkan di ruang rahasia kita. Entah mengapa terasa begitu pedih dan perih. Aku menunggu dan terus menunggumu.
Tiba saatnya kita mengerjakan sesuatu bersama beberapa teman. Seperti biasa, tak banyak sapa, tak banyak bicara. Kamu lebih sibuk dengan 'dia'. Atau dia yang sibuk dengan kamu sih? Ga tau ah... kalian sama aja kayaknya. Dan, jujur... aku nggak suka (kalau ga boleh bilang jealous). Tapi seakan kamu nggak pernah mengerti, atau nggak mau mengerti? Hfftt...
Jujur, aku tak lagi berharap kamu datang. Walau masih saja ada secercah asa sehingga kubiarkan pintu itu terbuka. Masih tetap tanpa terduga, kamu datang dan langsung duduk disampingku. Bercerita banyak hal tanpa kuminta. Sesuatu yang selama ini jarang sekali kamu lakukan.
Sekali lagi kugenggam asa. Saat kamu mengunci pintu itu dan memelukku lagi.
"Hmm... kadang masih terasa ga enak", katamu.
"Kenapa?", tanyaku.
"Kan nggak boleh".
"Trus gimana?"
"Kita nikmati aja ya".
Hfftt.. rasa lega yang luar biasa memenuhi dadaku. Terlebih saat kamu memelukku semakin erat, menghantarkan rasa hangat menjalar ke dalam hati. Membiusku dengan pesona rasa yang kembali kamu bawa.
Kamu keluar dari ruanganku, melanjutkan pekerjaanmu yang sempat tertunda. Sekali lagi tanpa kusangka, kamu sudah ada di ruang rahasia kita, masuk lewat pintu yang tadi kubuka. Sekali lagi, kamu bercerita banyak hal. Tentang rencana-rencanamu, tentang kegiatanmu, dan juga tentang seseorangmu. Setelah kisah kita yang pernah ada dulu, baru kali ini kurasakan kenyamanan ada di dekatmu. Bukan hanya sekedar fisik, tapi jauh dari hati. Mendengarmu bercerita tentang apapun, bahkan tentang seseorangmu adalah waktu terbaik selama ini yang pernah aku dapat. Biasanya tak lebih dari 15 sampai 30 menit kita bersama di ruang rahasia kita. Berharap tak akan pernah ada yang tahu kedekatan kita. Di depan banyak orang, kita bukan siapa-siapa. Tapi saat itu, hampir 1 jam lebih kita ada disana. Saling bercerita, seperti dulu.
Sayang, terima kasih untuk waktu terbaik yang boleh kunikmati bersamamu... Aku hanya berharap, ini bukan yang terakhir.
I luv u...

Kamu...
(n) ungkapan rasa yang tak biasa

Senin, 26 Januari 2015

When I'm Back...

What will happen when I'm back?
Pertanyaan itu menghantuiku saat aku harus meninggalkan kota kita beberapa saat. Teringat pada suatu masa saat aku harus kehilanganmu... dulu... Kenangan yang meninggalkan luka yang tak terlupakan sampai sekarang. Kenangan yang membuatku selalu takut... takut.. dan takut akan kepergianmu lagi. 
Aku pergi untuk beberapa hari. Aku hanya berharap bisa memelukmu sebelum kepergianku. Aku menunggumu datang dengan harapan yang membumbung ke angkasa. Secercah oase di penghujung siang yang masih sempat kurasa 2 hari sebelum keberangkatanku, saat kamu memberikan kecupan kecil di bibirku sebelum keluar dari ruanganku. Walaupun tanpa peluk seperti biasa, karena memang ada orang lain di sana, tapi mampu membuatku tersenyum bahagia. 
Sehari lagi aku menunggumu. Menjelang keberangkatanku besok, aku benar-benar merindumu. Walaupun akhirnya aku harus berpasrah karena sampai di penghujung siang, kamu tak juga datang. Terlebih banyak orang di ruanganku, membuat harapan hanya tinggal harapan. 
Kamu datang sesaat sebelum aku melangkah pulang. Aku tahu, kamu harus mencari alasan yang tepat agar semua yang ada tidak curiga dengan kedatanganmu. Aku hanya bisa memandangmu. Kutemukan sorot mata yang tak biasa di matamu. Mungkin sama dengan yang kau temukan di mataku. 
Aku melangkah ke dalam ruang rahasia kita karena aku mengira kamu akan meninggalkan ruanganku. Entah dengan alasan apa, kamu mengikutiku masuk ke ruang rahasia kita. 
Bertanya lirih, "Berangkat kapan?" 
"Besok", jawabku. 
"Sampai kapan", tanyamu lagi. 
"Jum'at," kataku. 
Hanya itu, tanpa pelukan, tanpa kecupan. Hanya saling memandang. Mungkin kamu tak tahu betapa ingin aku memelukmu saat itu. Sebentar saja, menyamarkan kerinduan yang memenuhi rongga dada. Kamu keluar ruanganku, meninggalkan berjuta tanya dalam anganku, " Apa yang akan terjadi saat aku kembali?"
3 hari kutinggalkan kota kita, dan kembali dengan membawa tanya yang sama. Aku melangkah dengan rasa tak berdaya. Hanya berharap semua kenangan itu tak lagi terulang. Mencari sosokmu diantara sekian banyak orang. Kudapati kamu ada di sana. Sekilas memandang dan sekilas menyapa. Menyembunyikan denting rindu yang terpapar di mataku, agar tak terlihat di depan banyak orang. Mencoba mencari pancaran rasa yang sama di matamu, walau tak juga kutemukan.
Sekali lagi aku melangkah menjauh. Mencoba menyiapkan hati untuk menerima rasa yang sama seperti dulu. Rasa yang sebenarnya tak ingin lagi kurasa. Kehilanganmu...
Aku menunggu dan terus menunggu kedatanganmu. Seperti biasa, mengintip dari celah-celah jendela ruanganku. Berharap menemukan sesosok bayangmu. Membawa sejuta rindu dan asa berbalut cemas yang menyesakkan dada.
Pintu terbuka seiring dengan hadirmu. Membawa debar jantung yang berdetak cepat di dadaku. Menyisakan tanya yang terus bergejolak di kepala. 
"Gimana, sukses acaranya?" tanyamu.
"Sukses donk," jawabku.
"Aku mau pergi," katamu lagi.
Hmm... tumben.. biasanya kalau mau kemana-mana kamu nggak pernah bilang. Membiarkanku bertanya-tanya dan mencarimu. 
"Yuk," kamu menggenggam tanganku. Bersama masuk ke ruang rahasia kita. Memelukku erat, membisikkan sebuah kalimat yang entah harus membuatku tersenyum atau menangis. "Aku ingin mengakhiri semuanya, tapi ga bisa. Bagaimana caranya?" Kalimat itu terucap lirih dari bibirmu, mengisyaratkan ketidakberdayaan disana. 
"Aku takut", katamu lagi. 
"Takut apa", tanyaku. 
"Ini semua nggak boleh kan". 
"Dari dulu juga nggak boleh".
"Trus gimana?"
Diam... aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Terucap lirih kalimat yang selama ini tersimpan rapi di hatiku. "I luv u... kamu tahu nggak sih?"
Kamu hanya diam dan memelukku semakin erat. Membawaku larut dalam hangatnya rasa di dada. Berpasrah atas semua tanya yang sekali lagi memenuhi kepala. Inikah akhirnya? Kamu masih saja memelukku, kamu masih saja menyentuhku, kamu masih saja mengecupku. Inikah akhirnya?
Kamu melangkah pergi. Masih menggenggam tanganku. Terasa begitu sulit bagiku melepaskan genggamanmu dan membiarkanmu pergi. Mencoba untuk menerima dan mengikhlaskan semuanya. Tapi tetap saja sakit itu tak bisa kubantah. 
Sayang, aku hanya ingin mengakhirinya dengan indah... tidak dalam diam...


Kamu...
(n) saat "I luv U" menjadi kalimat yang begitu mudah untuk diucapkan

Senin, 19 Januari 2015

I'm Broken Heart.. Again...

Sekali lagi... kurasakan luka yang sama. Kegelisahan yang kurasa sejak beberapa hari kemarin seakan terjawab dengan sikapmu hari ini. Kamu ada...tapi seakan tiada... membiarkanku sendiri dalam sakitnya menanti. Entah kemana hilangnya tatapan lembutmu... entah kemana lenyapnya sapa hangatmu. Kamu diam dan hanya diam. Bahkan menatapku pun tidak. Padahal aku ada tepat di depanmu. Ada apa? 
Aku berdiri di belakang jendela. Mengintip dari celah yang ada. Mencari sekilas sosokmu dan berharap melihatmu berjalan menuju ruanganku. Tapi tak juga kutemukan harap yang ku rasa. Kamu pergi menjauh dan tak kembali lagi. 
Baru beberapa minggu yang lalu aku jatuh cinta lagi padamu. Kali ini, haruskah kurasakan patah hati lagi? Secepat ini? Berulang kali kucoba untuk menyiapkan hati untuk masa dimana kamu akan menjadi tiada. Tapi tak pernah bisa. Saat-saat seperti ini membuatku terasa begitu rapuh. Tak ada kekuatan yang bisa menopangku. Kegelisahan memenuhi dada, menanti seucap kata yang akan menjadikan semuanya sirna.
Katakanlah sayang... apapun yang membuatmu merasa lebih bahagia... bahkan bila harus membuatku terluka, aku akan menerimanya. Tapi, jangan diam saja dan membiarkanku bergelut dengan tanya. Jangan lagi...
Aku hanya ingin mengakhiri semuanya dengan indah...
Hanya itu saja... bisakah?

Selasa, 13 Januari 2015

Jatuh Cinta Lagi...

Aku jatuh cinta lagi... padamu... seseorang yang sama yang telah mencuri hatiku sejak 3 tahun yang lalu. Seseorang yang selalu kutunggu di tempat persembunyianku. 
Setahun hampir berlalu sejak kamu datang lagi dengan pelukan itu. Hari-hari yang kita lalui, pasang dan surutnya hati, ada dan tiadanya kamu, semua teretas oleh waktu yang kita jalani. Banyak hal yang telah terjadi, banyak pula yang terlewati. Semua dengan ketakutan dan kecemasan yang sama, bilakah kamu meninggalkanku lagi?
Mengakhiri tahun kemarin, aku membawa pulang setumpuk angan dan rindu karena tak bisa kutemukan kamu dalam kurun waktu beberapa minggu. Kubawa pulang ke kotaku dan kucoba mengabaikannya dengan tidak mengingatmu. Walau tak pernah bisa karena bayangmu selalu saja hadir di penghujung hariku. Saat mata mulai terpejam dan tubuh merebah di peraduan, bayangmu pun mulai menari disana.
Di tahun yang baru ini, kubawa setitik harap saat kembali ke kota kita, kota yang menyajikan langit yang sama untuk kita pandang. Diiringi seribu ketakutan yang meraja, kulangkahkan kaki kembali ke tempat yang sama, yang menyimpan sejuta kenangan kita. Kutunggu hadirmu disini, di tempat persembunyianku lagi.
Jantungku berdebar cepat, saat sosokmu membuka pintu ruanganku. Kulihat sebuah ragu disana. Mungkin keraguan yang sama seperti yang kurasakan. Akankah kamu masih sosok yang sama, yang kukenal setahun kemarin? Ataukah kamu akan kembali menghilang seperti dulu?
Tersentak rasa, saat kamu mengucapkan sebuah kalimat yang tak ingin kudengar. "Yang lalu biarlah berlalu, masak mau diulang lagi", katamu. Hffttt... kamu ga tahu apa yang aku rasakan saat mendengar itu. Sakit dan kecewa memenuhi dada. Kubawa masuk ke ruang rahasia kita, ku bawa diam disana. Hanya berbatas tembok setebal 20 cm, tapi kamu terasa begitu jauh. Aku tak tahu apa yang kamu mau. Yang ada di benakku hanya satu tanya, "cuma begini doang akhirnya?" Walau tak pernah terucap apa-apa dari bibirku. Sudah kusiapkan hati untuk menerima luka dan kecewa, tapi tetap saja terasa begitu berat menerimanya.
Entah apa yang membawamu akhirnya mengikutiku masuk ke ruang rahasia kita. Tanpa kuduga, kamu memelukku dan mengecup pipiku. "Tuh kan, mulai lagi...", katamu. Sesaat kunikmati rasa yang menghangatkan dada saat lenganmu mendekapku. Aku terdiam, masih terpaku dengan pesona rasa yang kau berikan. Satu tanya yang terucap dari bibirmu, "masih?". "Iya, masih", jawabku. Kulihat senyum terkulum saat kamu keluar dari ruanganku. Tapi masih saja kulewati waktu untuk mencari jawab atas senyummu. Kulalui malam dengan tanda tanya besar di kepala. Apa yang kau rasakan sayang? Kenapa kamu mengucapkan kalimat yang mengecewakanku? Ataukah ketakutanmu sama dengan ketakutanku? Mencari kepastian?
Pagi menjelang dengan sejuta asa di dalam dada. Melangkah lagi ke tempat yang sama. Mencari jawab atas semua tanya. Sekali lagi kutunggu bayangmu ada di depan pintu. Sekali lagi kurasakan gejolak rindu dalam balutan gelisah menunggu. Sekali lagi kurasakan desiran darah yang melaju saat sosokmu memenuhi bayangku. 
Akhirnya kamu datang juga, membawa sebuah peluk dan kecup yang sangat kurindu. Akhirnya kutemukan jawab atas semua tanya. Satu yang tak biasa, satu yang terasa berbeda, satu yang terasa begitu istimewa. Kamu membelai lembut pipiku, memandangku dengan tatapan mata yang dulu sangat kurindu. Satu hal yang tak pernah kamu lakukan selama ini. Dan tak bisa kupungkiri, aku jatuh cinta lagi.
Selama ini aku menyayangimu, tapi aku tak ingin jatuh cinta lagi padamu. Karena aku tahu, cinta membuatku tak bisa berhenti mengharapkanmu, tak bisa berhenti memikirkanmu dan tak bisa berhenti merindumu. Cinta membuatku selalu menginginkanmu. Sementara, mau diapakan juga, keadaan kita tidak biasa. Kamu tak akan pernah sepenuhnya ada di dalam hidupku.
Tapi, tak bisa lagi kutolak, sekali lagi aku jatuh cinta padamu. Belaian dan tatapan lembutmu yang membuatku tak bisa lagi mengabaikan rasa cinta yang selama ini berusaha kutepis. Hanya dengan tujuan supaya aku tidak terlalu terluka saat semua kembali lagi tiada. Tapi, kali ini mau tak mau aku harus siap menerima semua luka dan kecewa jauh lebih dalam dari sebelumnya. 
Biarlah kurasa semua yang harus kurasa. Karena aku jatuh cinta... lagi.. padamu... Kamu yang bernama 'seseorang'...



 I luv u