Rabu, 22 Oktober 2014

Berhenti Berharap

Hari ini kucoba tak mencari sosokmu lagi. Hari ini aku mencoba berdamai dengan hati, meretas segala asa, dan meredam emosi jiwa. Masih saja kurasakan getaran hati dan desiran darahku saat melihatmu. Satu yang berbeda, hari ini aku berhenti berharap.
Aku mencoba merasakan semua. Aku mencoba mencerna setiap rasa. Aku mencoba menikmati setiap rindu yang membiru. Walau tetap saja terasa sakitnya. Saat aku tersadar, tak akan lagi kurengkuh tubuhmu, tak akan lagi kukecup pipimu, tak akan lagi kurasakan dekap hangatmu. Rasanya begitu sedih, begitu perih.
Sayang... sekali lagi kuakrabi setiap lara. Haruskah terulang kisah yang sama? Saat kamu tak lagi ada dan meninggalkanku sendiri dalam duka. Haruskah aku berhenti berharap... lagi?
Entahlah... aku tak pernah mengerti kamu. Baru beberapa hari yang lalu kamu masih mendekapku hangat dalam pelukmu. Membuatku terlena dalam rasa yang mendayu. Tapi seperti biasa, saat kamu keluar dari tempat persembunyianku, kamu tidak lagi menjadi kamu. Bahkan beberapa hari ini, jangankan menatapku, menyapaku saja tidak ada dalam agendamu.
Aku hanya bisa melihat sekelebat bayangmu. Menatap bayang punggungmu yang menjauh. Terkadang sering hinggap dalam pikiranku... kamu tuh sibuk apa sih? Ataukah kamu sengaja menghindariku? Entah kamu ada dimana sekarang. Kamu menghilang seakan tak ada dimana-mana. Kucoba bertanya, kamu juga nggak ada di ruanganmu. Kamu lagi ngapain sih sayang? Terkadang terlintas satu tanya... apa aku yang terlalu berlebihan? Apa aku yang memang tidak bisa mengerti kamu? Tapi... mengerti untuk apa? Tidak ada yang perlu dimengerti, tidak ada yang perlu dipahami. Pilihanku adalah menerima atau menolak. Dan sayangnya, aku tidak bisa menolak.
Luka yang kamu tinggalkan lebih dari 2 tahun yang lalu itu tetap saja membawa rasa yang berbeda. Aku masih saja merasakan ketakutan yang sangat. Saat beberapa hari saja kamu tidak lagi menyapaku, saat beberapa hari saja kamu tidak datang ke tempat persembunyianku. Selalu saja aku merasa gentar. Apakah semua akan terulang kembali? Apakah saat itu akhirnya datang lagi?
Sayang... tak pernah seharipun aku tak merindumu. Tak pernah seharipun aku tidak mencari sosokmu. Sampai terasa begitu lelah. Bergelut dengan rasaku sendiri. Seandainya aku tahu rasamu, mungkin tidak akan terasa begitu menyiksa. 
Salahku.. semua salahku... Seandainya saja tidak kubiarkan hatiku menerima peluk yang kau tawarkan, mungkin semua akan berbeda.
Entah mengapa, hari ini aku tak ingin menangis lagi. Semua terasa gamang. Aku merasa melayang dalam tepian bayang-bayang yang terlihat buram. Kucoba menggapaimu, tapi kamu menghilang tertelan awan. 
Sudahlah... Aku akan berhenti, saat kamu menginginkannya berhenti... Biarlah asa tinggal menjadi asa. Biarlah angan hanya menjadi angan. Biarlah harap hanya menjadi harap. Karena kali ini, aku hanya ingin berhenti berharap...

2 komentar: