Sabtu, 12 November 2016

Untuk Sebuah Nama...

Untuk sebuah nama yang tak pernah berani kusebut maupun kutulis. Sebuah nama yang hanya bisa kusapa dalam diam, dalam keheningan rindu yang selalu saja membiru.
Akhirnya, kisah kita sampai disini juga. Ketakutanku akan kehilanganmu, kian hari kian terasa lagi. Bagai kembali ke suatu masa di saat kamu tak lagi terengkuh. Aku kembali terlempar dalam rasa yang terlalu mencekam.
Mungkin bagimu biasa saja. Tapi tidak buatku. Kamu ada, kamu masih datang. Sesekali masih memelukku dan mengecup hangat pipiku. Tapi entah mengapa, rasanya kamu begitu jauh. Semakin lama tak lagi terasa hangat rasa sampai ke hati. Hanya sekedar rutinitas dan formalitas belaka.
Ah... aku tidak menyalahkanmu. Kamu berhak melakukannya. Kamu tidak harus tinggal disisiku. Hanya saja, ternyata aku belum siap juga. Melihatmu menjauh dan menjauh. Tanpa bisa kucegah, tanpa bisa kugapai dan ku rengkuh lagi.
Rasanya masih saja sesedih ini, sepilu ini. Tapi aku tahu, aku tak bisa memaksamu. Jauh lebih menyakitkan bila kamu ada di sisiku karena terpaksa ada, bukan karena memang ingin ada. Aku rela melepasmu. Sama seperti yang pernah kutulis dulu. Biar saja, sakit ini cukup aku yang rasa. Aku takkan menggenggam lebih lama. Bila memang ini yang terbaik untukmu.
Aku sayang kamu... itu cukup...
Aku menyayangimu dengan banyak cara... bahkan bila memang harus melepaskan dan merelakan...
Selama kamu bahagia... biarlah yang lain kusimpan sendiri...
I luv u, Gemini... I really do...


Minggu, 18 September 2016

Thank You to Stay

Rabu, 14 September 3016
Akhirnya kukirimkan surat itu kepadamu. Kuselipkan di tas kerjamu yang kau tinggal di ruang kerjaku. Surat tentang sebuah kisah yang ingin kusampaikan sejak lama. Kukirimkan dengan rasa yang tak bisa kugambarkan. Banyak hal terbayang dalam kepala tentang apa dan bagaimana reaksimu akan suratku. Dan akhirnya harus kulewati hari dengan kegelisahan yang terus saja mengusik hati.

Kamis, 15 September 2016
Pagi yang terasa begitu suram. Terbayang di kepalaku apa yang kira kira akan terjadi nanti. Mungkin memang kamu takkan tersapa lagi. Aku hanya bisa berpasrah hati.
Melangkah dengan begitu berat ke tempat kerja kita. Berharap tidak bertemu denganmu agar aku masih bisa bernafas sejenak. Bergegas masuk ke tempat persembunyianku. Bersembunyi dari luka yang mungkin telah menanti. Nafasku seakan berhenti saat kudengar ketukan pelan di pintu. Aku tahu... itu kamu... Kusiapkan hati untuk menerima apapun yang akan terjadi.
Kamu masuk dengan sorot mata yang entah menyiratkan apa. Duduk di sampingku dengan sebuah pertanyaan yang sudah terduga...
"Kenapa nggak bilang?"
Tak bisa langsung kujawab tanyamu karena tak sanggup lagi kutahan isakku.
"Udah ah... jangan nangis," katamu.
"Maaf... semua alasanku sudah tertulis di suratku kan," jawabku.
"Takut kehilangan apa? Semua dasarnya apa sih... seperti apapun kamu, aku tetep aja sayang sama kamu," sahutmu gusar.
"Iya...," jawabku pelan.
"Dia tahu?" tanyamu lagi.
"Tahu..."
"Jadi cuma aku yang nggak tahu?"
"Iya..." jawabku lirih.
"Sejak kapan kamu tahu," tanyamu lagi.
"Sejak bulan Juli yang lalu..."
Kamu menarik nafas dalam. Tak berani kutatap matamu.
"Kamu tahu apa yang terpikir saat kubaca suratmu. Kamu egois banget sih. Aku jadi nggak enak hati. Bukan apa-apa. Tapi karena memikirkan 'dia'. Takut kalo 'dia' kenapa-kenapa. Kasihan kan...."
Aku hanya bisa terdiam tanpa sanggup mengucapkan apa-apa.
"Sekarang yang penting kamu sehat, ga boleh capek-capek. Seperti apapun kamu, seperti apapun kita, aku tetep sayang kamu...," sahutmu lagi.
"Iya... aku tahu," kataku.
"Ya udah... aku pergi dulu ya. Ada pekerjaan yang harus kulakukan."
Aku mengangguk pelan. Kamu keluar setelah mengecup hangat keningku. Tak sanggup lagi kutahan air mata. Tumpah begitu saja dengan derasnya. Mungkin itu kecupan terakhir untukku.
Satu jam terlalui dengan rasa yang masih membiru. Kamu masuk lagi ke ruanganku. Duduk disampingku dan mulai bertanya lagi.
"Apa sih yang kamu pikirkan? Kamu takut aku berubah? Kalaupun iya... itu buat kebaikan kamu juga..."
Aku hanya bisa tertunduk tanpa bisa berkata apa-apa.
"Tapi... emang ga pa pa ya?" tanyamu lagi.
"Emang selama ini gimana... ga pa pa kan," jawabku.
"Rasanya aneh aja... tapi kalo aku ga boleh berubah juga ga pa pa. Aku ga akan berubah," katamu sambil tersenyum simpul dan meninggalkanku.
Aku tertegun dengan tanya di kepala. Mencoba menerjemahkan apa yang barusan kamu katakan tadi walau masih juga tak ku mengerti.
Kamu datang lagi. "Sibuk banget kayaknya... ngerjain apa sih?" tanyamu.
"Ini... bentar lagi selesai kok," jawabku.
"Ga pengen peluk-peluk?"
Aku terdiam. Tertegun dengan apa yang baru saja ku dengar.
"Pengen..." jawabku lirih.
Kamu merengkuhku dalam pelukmu. Pelukan hangat yang entah mengapa begitu kurindu sejak semalam tadi.
"Aku ga berubah kan?" tanyamu menatap dalam mataku.
"Iya... jangan berubah..."
"Jangan gelisah lagi ya..."
Aku mengangguk pelan.
Kunikmati setiap hangat pelukmu. Kunikmati setiap hela nafasmu. Kunikmati setiap detik yang boleh kulalui bersamamu. Kunikmati damai yang menjalar begitu hangat di hatiku.
Gemini... terima kasih untuk tetap ada. Terima kasih untuk tetap menggenggam tanganku. Terima kasih untuk hadirmu di setiap jalanku...
I luv u... I really do...
Thank you...

Kamis, 15 September 2016

I luv u… I do… I really do



Dear senja…
Mau tidak mau, suka tidak suka… aku harus menyampaikan berita ini kepadamu. Maaf bila cara ini yang kupilih, karena aku takkan sanggup bila harus langsung mengatakannya di depanmu.
Tidak bermaksud menyembunyikan atau diam saja. Ingin kusampaikan sejak lama, tapi keberanian itu belum muncul juga. Dan akhirnya aku hanya bisa menunda agar aku masih punya sedikit waktu lebih lama bersamamu. Hanya dengan satu alasan… aku takut kehilangan.
Aku sampai pada situasi dimana semua menjadi dilema. Dan akhirnya hanya ada satu jalan, aku harus terima… apapun resikonya.
Bukan hal yang mudah buatku ada di kondisi dan situasi seperti ini. Terlebih saat hati tidak berada di tempat yang seharusnya.
Tanpa rencana, tanpa kuminta dan tanpa kuduga… dia ada.  Dan selama ini kusimpan semua sendiri. Tak ingin kuberitahu siapapun, sebelum kusampaikan kepadamu.
Membayangkannya saja sudah begitu berat, apalagi menjalaninya. Tapi aku tak bisa mundur lagi. Seperti apapun alasanku, seperti apapun mauku… semua sudah terlanjur terjadi tanpa bisa kutolak lagi. Aku hanya bisa pasrah… apapun yang terjadi nanti.
Dan setelah kamu tahu semua ini… aku akan terima apapun yang terjadi nanti… bahkan bila akhirnya aku harus kehilangan.
Satu hal yang pasti… seperti apapun aku… aku menyayangimu…
I luv u… I do… I really do…. And I will always do…

Selasa, 26 Juli 2016

I am Just the Last Person

Kembali pada suatu masa...
Saat aku tak menjadi siapa-siapa...

Hari ini kudengar lagi kabar bahagiamu. Dan seperti biasa, aku menjadi orang yang terakhir tahu. Tak terelakkan desiran rasa yang ada di dada. Antara ikut bahagia, iri, sampai nelangsa. Bahagia... aku selalu turut bahagia disetiap bahagia yang kamu punya. Iri... aku iri karena aku tak punya bahagia seperti yang kamu punya.  Nelangsa... karena aku selalu jadi orang terakhir yang tahu dalam setiap bahagia yang kamu punya...
Sekian lama kedekatan kita.. sejauh apa hubungan kita.. tak mengubah siapa aku untukmu. Aku tetap bukan siapa-siapa yang punya arti dalam hidupmu. Aku hanya sekedar ada. Bahkan bila aku tak ada, mungkin itu akan lebih baik untukmu. Aku bukanlah seseorang yang cukup pantas untuk ada dalam setiap kisahmu.
Aku tahu... tak sepatutnya aku sedih dalam kisah bahagiamu. Aku tahu.. aku tak berhak untuk memintamu menyertakanku dalam hidupmu. Tapi... jujur tak bisa kutepis rasa itu. Aku kira kedekatan kita cukup untuk membuatku sedikit memiliki arti. He..he.. aku GR ya...
Dua kali... ini kali kedua aku menjadi orang luar. Bahkan mereka, teman2 kita, jauh lebih tahu tentangmu daripada aku. Selama ini.. aku pikir aku tahu lebih banyak.. atau aku akan menjadi orang yang pertama kali tahu. Tapi.. ternyata mungkin aku cuma pelengkap yang ada di saat kamu butuhkan... bukan karena memang aku ada karena kamu ingin aku ada... bukan seseorang yang penting untukmu...
Ah.. sudahlah.. seperti biasa, aku juga ga bisa apa2 kan. Aku tak bisa memaksamu untuk menganggapmu lebih dari itu. Aku tak bisa memintamu untuk memaksakan rasamu untukku.
Mungkin seperti yang kamu bilang... semua hanya karena terlalu terbiasa... untukmu... tapi tidak untukku. Ga akan sesedih ini... ga akan senelangsa ini... ga akan aku menangis sampai seperti tadi bila aku ga benar2 sayang kamu...
Sekali lagi... hanya seuntai doa yang kupintakan untuk bahagiamu...
Aku rela... harus rela... bahkan saat bahagia itu tanpaku...
As long as you happy... it's enough for me...


Sabtu, 23 Juli 2016

Senja dan Sebuah Cerita

Senja...
Masihkah kau kan ada...
Di setiap cerita yang kupunya?

Sekali lagi... aku menghitung hari. Setelah kisahmu terlewati, kali ini tanpa sengaja dan tanpa terduga... aku memulai kisahku...
Kisah yang membawaku kembali merasakan ketakutan yang sama... berulang dan berkali-kali... ketakutan akan kehilanganmu, ketakutan akan ketiadaanmu...
10 bulan yang lalu, tanpa sengaja terdengar kabar bahagiamu di telingaku. Tanpa bisa kucegah, sebuah desiran yang menggelisahkan membuat hati terasa begitu resah. Berulang kali kudengar berita yang sama dari beberapa teman. Rasanya ingin tak percaya sampai ku dengar sendiri darimu. Menunggu dan menunggu.. tapi tak juga satu katapun terucap darimu tentang hal itu...
Saat akhirnya kudengar darimu, itupun saat kita berkumpul bersama beberapa teman dan tanpa sengaja kamu mengucapkannya.. mungkin kamu lupa ada aku di situ.
Jujur, tak bisa kucegah sedihku. Dan aku tahu... kamupun tahu apa yang kurasa. Tapi aku sadar... itu hidupmu... tempat  dimana aku tak bisa dan tak boleh masuk di dalamnya, seperti apapun kisahmu disana... dan aku harus tahu dimana tempatku...
Sekali lagi kulalui hari dalam keresahan hati. Sekali lagi aku menunggu hadirmu dalam setiap kepingan waktuku. Masihkah kamu akan ada dan datang padaku lagi?
Akhirnya, resahku teredam dengan hadirmu yang membawa peluk untukku. Walau tak bisa ku pungkiri... masih saja ada sedih yang tersisa di hati. Masih ada gelisah yang tak juga pergi... aku harus bagaimana?
Sampai akhirnya kubulatkan hati untuk mengikuti kisahmu, apapun itu. Selama kamu tidak pergi.. aku akan tetap ada disini... mencoba mendukung setiap langkahmu, menerima semua keputusanmu.
Hari demi hari terlewati... kisah kita masih mengalir tanpa tujuan.. seperti biasanya. Dan aku menyiapkan hati untuk menghadapi apapun yang terjadi nanti. Sampai akhirnya... sebulan yang lalu, kabar bahagiamu menjelma menjadi nyata. Dan aku turut bahagia untukmu.. tanpa sedikitpun mengurangi rasa sayangku padamu. Bahkan sampai saat ini... saat cerita2mu mengalir tentang kisah disana, aku tetap tak pernah bisa membendung rasaku... aku ada... dan akan selalu ada... untukmu...
Kali ini... sepertinya kita harus bertukar peran. Dan kali ini... aku pemeran utamanya. Kisah yang sama persis denganmu... bedanya kali ini aku sebagai tokoh penderitanya...
Tak berani kukatakan padamu.. bahkan kepada siapapun juga. Kucoba terus mengulur waktu hanya agar bisa menikmati sedikit waktuku lebih banyak denganmu. Ketakutanku kali ini jauh lebih besar dari biasanya...
Masihkah kamu kan ada saat kisahku akhirnya terbuka?
Aku tak tahu...
Yang aku tahu.. bilapun kamu pergi nanti... aku akan tetap disini... walau entah untuk apa.. walau mungkin kamu tak kan lagi tersapa...
Yang aku tahu... aku sayang kamu...
Itu cukup kan?


Selasa, 10 Mei 2016

Gemini... I Luv You...

Something different today...
Sesuatu yang tak bisa membuatku berhenti tersenyum...
Setelah sekian lama kebersamaan kita, akhirnya kudengar kalimat itu darimu.
"I luv you", bisikmu lirih, membuat hati terasa begitu hangat.
Tak banyak yang bisa kukatakan, tak banyak yang bisa kutulis.
Hati dan otakku tertutup rasa yang tak bisa terungkapkan.
Satu yang kutahu...
Gemini.... I luv u...
I really do...

Rabu, 20 April 2016

Jangan Paksakan Genggamanmu, Luv...

Percakapan semalam tadi... terekam jelas dalam ingatanku...
"Kita kok sudah jauh banget ya", tulismu.
"Apanya yang jauh?" tanyaku bingung.
"Hubungan kita", katamu lagi.
"Ooo... trus gimana? Kalau memang menjadi beban, lepaskan saja, aku ga pa pa kok", tulisku.
"Ya ga gimana-gimana, cuma ngomong aja... hi..hi..hi.. emang segampang itu?"
"Ya nggaklah, dari dulu juga aku ga bisa".
"Trus, kalo kamu cemburu aku harus apa?" tulismu.
"Abaikan saja... cukup sekedar tahu. Aku sadar diri kok posisiku dimana. It's okay for me".
"Jangan pakai AKU tapi KITA", sahutmu gusar.
"Iya, kita..".
"Emang kamu aja yang merasa?"
"Merasa apa?" tanyaku.
"Ga enak dengan situasi dan kondisi kita. Aku sudah berusaha, tapi sulit, ga gampang", katamu lagi.
"I know... buat aku bukan ga gampang lagi tapi ga bisa. Aku tidak menuntut apa-apa dari hubungan kita. sudah bisa sayang kamu saja itu sudah cukup. Yang jelas, suatu saat, apapun yang kamu putuskan, aku akan terima, sesakit apapun itu", jelasku.
"Aku tidak akan memutuskan apa-apa, karena aku ga tau semua ini awalnya darimana".
"Hffftt... darimanapun awalnya, tetap saja kita sudah sampai disini."
"I know.." tulismu.
"So?"
"Ya sudah, jalani aja... biarkan waktu yang akan membawa kemana".
"Yups... jalani aja.. entah bagaimana akhirnya..."

Percakapan kita berakhir disana. Dalam rasa yang tak tahu harus bagaimana...
Gemini... I know you...
Jenuhmu... penatmu... gejolak rasamu dengan hubungan kita.
Aku tak akan menahanmu, aku tak akan menggenggammu..
Sulit... pasti...
Sedih... banget...
Tapi aku ga mau lihat kamu tidak bisa tertawa lepas karena aku ada.
Cukup aku saja yang sedih, cukup aku saja yang sakit... jangan kamu...
Bila ada yang harus pergi dan menghilang... itu aku... bukan kamu...
Tidak mudah melepasmu... tapi bila dengan ketiadaanku kamu akan merasa lebih lepas dan lebih baik... aku rela menjauh dan menghilang darimu...
Gemini... aku menyayangimu dengan sederhana, tanpa syarat, tanpa meminta...
As long as you happy... it's enough for me...
I luv u... I do...