Kamis, 29 Januari 2015

Waktu Terbaik...

Setelah sekian lama, setelah berkali-kali kebimbangan dan ketakutan merajai hati, akhirnya kurasakan lagi waktu terbaik bersamamu.
Pagi itu, kurasakan lagi sesak di dada. Saat sekali lagi tak kutemukan rindu di matamu seperti yang kurasa. Tak bisa lagi kubendung air mata yang hanya bisa kutumpahkan di ruang rahasia kita. Entah mengapa terasa begitu pedih dan perih. Aku menunggu dan terus menunggumu.
Tiba saatnya kita mengerjakan sesuatu bersama beberapa teman. Seperti biasa, tak banyak sapa, tak banyak bicara. Kamu lebih sibuk dengan 'dia'. Atau dia yang sibuk dengan kamu sih? Ga tau ah... kalian sama aja kayaknya. Dan, jujur... aku nggak suka (kalau ga boleh bilang jealous). Tapi seakan kamu nggak pernah mengerti, atau nggak mau mengerti? Hfftt...
Jujur, aku tak lagi berharap kamu datang. Walau masih saja ada secercah asa sehingga kubiarkan pintu itu terbuka. Masih tetap tanpa terduga, kamu datang dan langsung duduk disampingku. Bercerita banyak hal tanpa kuminta. Sesuatu yang selama ini jarang sekali kamu lakukan.
Sekali lagi kugenggam asa. Saat kamu mengunci pintu itu dan memelukku lagi.
"Hmm... kadang masih terasa ga enak", katamu.
"Kenapa?", tanyaku.
"Kan nggak boleh".
"Trus gimana?"
"Kita nikmati aja ya".
Hfftt.. rasa lega yang luar biasa memenuhi dadaku. Terlebih saat kamu memelukku semakin erat, menghantarkan rasa hangat menjalar ke dalam hati. Membiusku dengan pesona rasa yang kembali kamu bawa.
Kamu keluar dari ruanganku, melanjutkan pekerjaanmu yang sempat tertunda. Sekali lagi tanpa kusangka, kamu sudah ada di ruang rahasia kita, masuk lewat pintu yang tadi kubuka. Sekali lagi, kamu bercerita banyak hal. Tentang rencana-rencanamu, tentang kegiatanmu, dan juga tentang seseorangmu. Setelah kisah kita yang pernah ada dulu, baru kali ini kurasakan kenyamanan ada di dekatmu. Bukan hanya sekedar fisik, tapi jauh dari hati. Mendengarmu bercerita tentang apapun, bahkan tentang seseorangmu adalah waktu terbaik selama ini yang pernah aku dapat. Biasanya tak lebih dari 15 sampai 30 menit kita bersama di ruang rahasia kita. Berharap tak akan pernah ada yang tahu kedekatan kita. Di depan banyak orang, kita bukan siapa-siapa. Tapi saat itu, hampir 1 jam lebih kita ada disana. Saling bercerita, seperti dulu.
Sayang, terima kasih untuk waktu terbaik yang boleh kunikmati bersamamu... Aku hanya berharap, ini bukan yang terakhir.
I luv u...

Kamu...
(n) ungkapan rasa yang tak biasa

Senin, 26 Januari 2015

When I'm Back...

What will happen when I'm back?
Pertanyaan itu menghantuiku saat aku harus meninggalkan kota kita beberapa saat. Teringat pada suatu masa saat aku harus kehilanganmu... dulu... Kenangan yang meninggalkan luka yang tak terlupakan sampai sekarang. Kenangan yang membuatku selalu takut... takut.. dan takut akan kepergianmu lagi. 
Aku pergi untuk beberapa hari. Aku hanya berharap bisa memelukmu sebelum kepergianku. Aku menunggumu datang dengan harapan yang membumbung ke angkasa. Secercah oase di penghujung siang yang masih sempat kurasa 2 hari sebelum keberangkatanku, saat kamu memberikan kecupan kecil di bibirku sebelum keluar dari ruanganku. Walaupun tanpa peluk seperti biasa, karena memang ada orang lain di sana, tapi mampu membuatku tersenyum bahagia. 
Sehari lagi aku menunggumu. Menjelang keberangkatanku besok, aku benar-benar merindumu. Walaupun akhirnya aku harus berpasrah karena sampai di penghujung siang, kamu tak juga datang. Terlebih banyak orang di ruanganku, membuat harapan hanya tinggal harapan. 
Kamu datang sesaat sebelum aku melangkah pulang. Aku tahu, kamu harus mencari alasan yang tepat agar semua yang ada tidak curiga dengan kedatanganmu. Aku hanya bisa memandangmu. Kutemukan sorot mata yang tak biasa di matamu. Mungkin sama dengan yang kau temukan di mataku. 
Aku melangkah ke dalam ruang rahasia kita karena aku mengira kamu akan meninggalkan ruanganku. Entah dengan alasan apa, kamu mengikutiku masuk ke ruang rahasia kita. 
Bertanya lirih, "Berangkat kapan?" 
"Besok", jawabku. 
"Sampai kapan", tanyamu lagi. 
"Jum'at," kataku. 
Hanya itu, tanpa pelukan, tanpa kecupan. Hanya saling memandang. Mungkin kamu tak tahu betapa ingin aku memelukmu saat itu. Sebentar saja, menyamarkan kerinduan yang memenuhi rongga dada. Kamu keluar ruanganku, meninggalkan berjuta tanya dalam anganku, " Apa yang akan terjadi saat aku kembali?"
3 hari kutinggalkan kota kita, dan kembali dengan membawa tanya yang sama. Aku melangkah dengan rasa tak berdaya. Hanya berharap semua kenangan itu tak lagi terulang. Mencari sosokmu diantara sekian banyak orang. Kudapati kamu ada di sana. Sekilas memandang dan sekilas menyapa. Menyembunyikan denting rindu yang terpapar di mataku, agar tak terlihat di depan banyak orang. Mencoba mencari pancaran rasa yang sama di matamu, walau tak juga kutemukan.
Sekali lagi aku melangkah menjauh. Mencoba menyiapkan hati untuk menerima rasa yang sama seperti dulu. Rasa yang sebenarnya tak ingin lagi kurasa. Kehilanganmu...
Aku menunggu dan terus menunggu kedatanganmu. Seperti biasa, mengintip dari celah-celah jendela ruanganku. Berharap menemukan sesosok bayangmu. Membawa sejuta rindu dan asa berbalut cemas yang menyesakkan dada.
Pintu terbuka seiring dengan hadirmu. Membawa debar jantung yang berdetak cepat di dadaku. Menyisakan tanya yang terus bergejolak di kepala. 
"Gimana, sukses acaranya?" tanyamu.
"Sukses donk," jawabku.
"Aku mau pergi," katamu lagi.
Hmm... tumben.. biasanya kalau mau kemana-mana kamu nggak pernah bilang. Membiarkanku bertanya-tanya dan mencarimu. 
"Yuk," kamu menggenggam tanganku. Bersama masuk ke ruang rahasia kita. Memelukku erat, membisikkan sebuah kalimat yang entah harus membuatku tersenyum atau menangis. "Aku ingin mengakhiri semuanya, tapi ga bisa. Bagaimana caranya?" Kalimat itu terucap lirih dari bibirmu, mengisyaratkan ketidakberdayaan disana. 
"Aku takut", katamu lagi. 
"Takut apa", tanyaku. 
"Ini semua nggak boleh kan". 
"Dari dulu juga nggak boleh".
"Trus gimana?"
Diam... aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Terucap lirih kalimat yang selama ini tersimpan rapi di hatiku. "I luv u... kamu tahu nggak sih?"
Kamu hanya diam dan memelukku semakin erat. Membawaku larut dalam hangatnya rasa di dada. Berpasrah atas semua tanya yang sekali lagi memenuhi kepala. Inikah akhirnya? Kamu masih saja memelukku, kamu masih saja menyentuhku, kamu masih saja mengecupku. Inikah akhirnya?
Kamu melangkah pergi. Masih menggenggam tanganku. Terasa begitu sulit bagiku melepaskan genggamanmu dan membiarkanmu pergi. Mencoba untuk menerima dan mengikhlaskan semuanya. Tapi tetap saja sakit itu tak bisa kubantah. 
Sayang, aku hanya ingin mengakhirinya dengan indah... tidak dalam diam...


Kamu...
(n) saat "I luv U" menjadi kalimat yang begitu mudah untuk diucapkan

Senin, 19 Januari 2015

I'm Broken Heart.. Again...

Sekali lagi... kurasakan luka yang sama. Kegelisahan yang kurasa sejak beberapa hari kemarin seakan terjawab dengan sikapmu hari ini. Kamu ada...tapi seakan tiada... membiarkanku sendiri dalam sakitnya menanti. Entah kemana hilangnya tatapan lembutmu... entah kemana lenyapnya sapa hangatmu. Kamu diam dan hanya diam. Bahkan menatapku pun tidak. Padahal aku ada tepat di depanmu. Ada apa? 
Aku berdiri di belakang jendela. Mengintip dari celah yang ada. Mencari sekilas sosokmu dan berharap melihatmu berjalan menuju ruanganku. Tapi tak juga kutemukan harap yang ku rasa. Kamu pergi menjauh dan tak kembali lagi. 
Baru beberapa minggu yang lalu aku jatuh cinta lagi padamu. Kali ini, haruskah kurasakan patah hati lagi? Secepat ini? Berulang kali kucoba untuk menyiapkan hati untuk masa dimana kamu akan menjadi tiada. Tapi tak pernah bisa. Saat-saat seperti ini membuatku terasa begitu rapuh. Tak ada kekuatan yang bisa menopangku. Kegelisahan memenuhi dada, menanti seucap kata yang akan menjadikan semuanya sirna.
Katakanlah sayang... apapun yang membuatmu merasa lebih bahagia... bahkan bila harus membuatku terluka, aku akan menerimanya. Tapi, jangan diam saja dan membiarkanku bergelut dengan tanya. Jangan lagi...
Aku hanya ingin mengakhiri semuanya dengan indah...
Hanya itu saja... bisakah?

Selasa, 13 Januari 2015

Jatuh Cinta Lagi...

Aku jatuh cinta lagi... padamu... seseorang yang sama yang telah mencuri hatiku sejak 3 tahun yang lalu. Seseorang yang selalu kutunggu di tempat persembunyianku. 
Setahun hampir berlalu sejak kamu datang lagi dengan pelukan itu. Hari-hari yang kita lalui, pasang dan surutnya hati, ada dan tiadanya kamu, semua teretas oleh waktu yang kita jalani. Banyak hal yang telah terjadi, banyak pula yang terlewati. Semua dengan ketakutan dan kecemasan yang sama, bilakah kamu meninggalkanku lagi?
Mengakhiri tahun kemarin, aku membawa pulang setumpuk angan dan rindu karena tak bisa kutemukan kamu dalam kurun waktu beberapa minggu. Kubawa pulang ke kotaku dan kucoba mengabaikannya dengan tidak mengingatmu. Walau tak pernah bisa karena bayangmu selalu saja hadir di penghujung hariku. Saat mata mulai terpejam dan tubuh merebah di peraduan, bayangmu pun mulai menari disana.
Di tahun yang baru ini, kubawa setitik harap saat kembali ke kota kita, kota yang menyajikan langit yang sama untuk kita pandang. Diiringi seribu ketakutan yang meraja, kulangkahkan kaki kembali ke tempat yang sama, yang menyimpan sejuta kenangan kita. Kutunggu hadirmu disini, di tempat persembunyianku lagi.
Jantungku berdebar cepat, saat sosokmu membuka pintu ruanganku. Kulihat sebuah ragu disana. Mungkin keraguan yang sama seperti yang kurasakan. Akankah kamu masih sosok yang sama, yang kukenal setahun kemarin? Ataukah kamu akan kembali menghilang seperti dulu?
Tersentak rasa, saat kamu mengucapkan sebuah kalimat yang tak ingin kudengar. "Yang lalu biarlah berlalu, masak mau diulang lagi", katamu. Hffttt... kamu ga tahu apa yang aku rasakan saat mendengar itu. Sakit dan kecewa memenuhi dada. Kubawa masuk ke ruang rahasia kita, ku bawa diam disana. Hanya berbatas tembok setebal 20 cm, tapi kamu terasa begitu jauh. Aku tak tahu apa yang kamu mau. Yang ada di benakku hanya satu tanya, "cuma begini doang akhirnya?" Walau tak pernah terucap apa-apa dari bibirku. Sudah kusiapkan hati untuk menerima luka dan kecewa, tapi tetap saja terasa begitu berat menerimanya.
Entah apa yang membawamu akhirnya mengikutiku masuk ke ruang rahasia kita. Tanpa kuduga, kamu memelukku dan mengecup pipiku. "Tuh kan, mulai lagi...", katamu. Sesaat kunikmati rasa yang menghangatkan dada saat lenganmu mendekapku. Aku terdiam, masih terpaku dengan pesona rasa yang kau berikan. Satu tanya yang terucap dari bibirmu, "masih?". "Iya, masih", jawabku. Kulihat senyum terkulum saat kamu keluar dari ruanganku. Tapi masih saja kulewati waktu untuk mencari jawab atas senyummu. Kulalui malam dengan tanda tanya besar di kepala. Apa yang kau rasakan sayang? Kenapa kamu mengucapkan kalimat yang mengecewakanku? Ataukah ketakutanmu sama dengan ketakutanku? Mencari kepastian?
Pagi menjelang dengan sejuta asa di dalam dada. Melangkah lagi ke tempat yang sama. Mencari jawab atas semua tanya. Sekali lagi kutunggu bayangmu ada di depan pintu. Sekali lagi kurasakan gejolak rindu dalam balutan gelisah menunggu. Sekali lagi kurasakan desiran darah yang melaju saat sosokmu memenuhi bayangku. 
Akhirnya kamu datang juga, membawa sebuah peluk dan kecup yang sangat kurindu. Akhirnya kutemukan jawab atas semua tanya. Satu yang tak biasa, satu yang terasa berbeda, satu yang terasa begitu istimewa. Kamu membelai lembut pipiku, memandangku dengan tatapan mata yang dulu sangat kurindu. Satu hal yang tak pernah kamu lakukan selama ini. Dan tak bisa kupungkiri, aku jatuh cinta lagi.
Selama ini aku menyayangimu, tapi aku tak ingin jatuh cinta lagi padamu. Karena aku tahu, cinta membuatku tak bisa berhenti mengharapkanmu, tak bisa berhenti memikirkanmu dan tak bisa berhenti merindumu. Cinta membuatku selalu menginginkanmu. Sementara, mau diapakan juga, keadaan kita tidak biasa. Kamu tak akan pernah sepenuhnya ada di dalam hidupku.
Tapi, tak bisa lagi kutolak, sekali lagi aku jatuh cinta padamu. Belaian dan tatapan lembutmu yang membuatku tak bisa lagi mengabaikan rasa cinta yang selama ini berusaha kutepis. Hanya dengan tujuan supaya aku tidak terlalu terluka saat semua kembali lagi tiada. Tapi, kali ini mau tak mau aku harus siap menerima semua luka dan kecewa jauh lebih dalam dari sebelumnya. 
Biarlah kurasa semua yang harus kurasa. Karena aku jatuh cinta... lagi.. padamu... Kamu yang bernama 'seseorang'...



 I luv u