Aku hanya menikmati rasa yang ada
Tanpa berharap banyak
Hanya menunggu dan menanti
Apa yang direncanakan-Nya
Saat
membaca sepenggal puisi itu, aku terbayang sosokmu. Sosok yang begitu kurindu.
Hfftt… rasa ini terasa begitu menyesakkan dada. Aku sampai pada fase diam. Aku
mencoba menikmati setiap rasa yang ada. Rasaku padamu. Walau aku tahu pasti,
rasamu bukan untukku.
Aneh
rasanya saat kamu masuk ke tempat persembunyianku dan bercerita tentang dia.
Seseorang di masa lalumu. Yang mengembalikan kenangan pada cinta pertamamu.
Cerita yang cukup membuatku merasa ‘galau’. Seperti kegalauanmu.
“Kenapa
sih kok kayaknya akhir-akhir ini galau terus kelihatannya”, tanyaku.
“Emmm…
ga pa pa kok. Biasalah… bingung mikirin duit.. he..he..”, jawabmu, penuh canda,
seperti biasa.
“Eh…
kamu pernah ga”, tanyamu. “Pernah apa?”
“Emm…
ternyata bener ya… cinta pertama itu ga pernah mati”, katamu lagi.
“Kok
bisa?”, tanyaku.
“Iya…
kemaren aku ketemu ma mantan pacarku. Cinta pertamaku waktu SMP dulu”, kamu
mulai bercerita.
“Trus…”.
“Ga
tau ya… rasanya semua kenangan dengan dia tuh membangkitkan perasaan yang dulu
pernah ada di antara kami”, lanjutmu.
Hffttt….
Rasanya jantungku mau melompat keluar mendengar ceritamu. Duuuhhh… kenapa harus
cerita ke aku sih. Tidakkah kamu tahu rasaku, sayang?
“Kok
bisa ketemu?”, tanyaku.
“Hmm…
pokoknya pertemuan yang tak di sangka dan tak terduga… “, jawabmu.
“Ooo…
itu penyebab kegalauan beberapa hari ini?”
“Iya
sih… aku cuma merasa bingung dengan perasaanku. Aku tahu, aku harus bisa
mengendalikan rasaku. Duuhh… “, keluhmu.
Hatiku
mulai meronta. Ternyata benar, rasa itu bukan untukku lagi.
“Nikmati
aja”, kataku. “Gimana caranya?” tanyamu heran.
“Ya
nikmati aja, rasakan setiap rasa. Biarkan dia mengisi hati. Entah mau dibawa
kemana. Kalau bahagia, rasakan bahagianya. Kalau sakit, rasakan sakitnya”,
jawabku. Jawab yang seharusnya kutujukan pada hatiku yang menggelepar tak
berdaya. Jawab yang ingin kuteriakkan padamu... "Itu rasaku sayang!!!". Jawab yang hanya terucap dalam hatiku, yang tak mampu terucap dari bibirku.
Kamu
mengangguk dan mengakhiri ceritamu. Hanya sampai disitu. Habis, titik. Seperti rasamu
padaku. Aku mencoba mendengarkanmu, sebagai seorang sahabat. Walau jujur aku masih belum bisa mengembalikan rasa hanya sebagai sahabatmu. Ahh… sayang… Tak tahukah kamu? Terasa begitu gamang dan aneh. Aku
bergumul dengan hatiku. Aku mencoba menerima kenyataan bahwa rasamu memang
bukan untukku. Ingin menangis, tapi apa yang kutangisi? Semua terjawab sudah. Sudah
tak ada lagi aku.
Kamu
tak pernah datang lagi. Kamu membiarkanku menunggumu di tempat persembunyianku.
Menunggu dengan asa yang sia-sia. Hanya terkadang kita berbincang. Hanya
terkadang kita saling menatap. Hanya terkadang kutangkap sebias cahaya. Walau
tak pernah ku berani berpikir cahaya itu masih untukku.
Tak
pernah ada yang tahu kedekatan kita. Tak pernah ada yang curiga seperti apa
kisah kita. Tak pernah ada yang bertanya saat kita berbagi secangkir kopi atau
sepotong kue. Semua dianggap wajar. Tapi sangat berarti untukku. Hhhffttt…. Aku
merindukan saat-saat itu, sayang.
Sama
seperti yang kukatakan padamu. Aku kembali mencoba menikmati rasa.
Membiarkannya kemana hati membawa. Membiarkan setiap kisah mengalir bersama
asa. Menikmati setiap rindu yang terukir… untukmu…
Miss u much... wish u know it...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar