Jumat, 10 Oktober 2014

Bisakah Kau Bayangkan Jadi Aku?

Repost by Me
Original created by Dwitasari
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamu pernah menjadi bagian hari-hari ku. Setiap malam, sebelum tidur, ku habiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkat mu. Tawa kecilmu, kecupan bentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.


Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu, aku tau suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapa ku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia.... Dulu.

Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Ku berikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kau gubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang ku ucapkan seakan tak benar-benar kau rasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Bukan kah kata teman-teman mu, kamu adalah perenung yang sesekali menangis ketika memikirkan sesuatu yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kau tunggu jika kau sudah tau bahwa aku mencintaimu?

Tuan, tak mungkin kau tak tau ada perasaan aneh di dadaku. Kekasihku yang belum sempat ku miliki, tak mungkin kau tak memahami perjuangan yang ku lakukan untukmu. Kamu ingin tau rasanya seperti aku? Dari awal, ketika kita pertama kali berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia, senyummu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin ku lihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kau tersenyum setiap hari, tapi ternyata harapku terlalu tinggi.

Semua telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kau jujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Sudh ada orang yang baru, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna daripada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna---kau tak akan memilih dia menjadi satu-satunya bagimu.

Setelah tau semua itu, apakah kamu pernah melirik sedikit saja perasaanku? Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dalam ketidak jelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaan mu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap wakti. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.

Tuan, jika aku bisa langsung meminta pada tuhan, aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebut nama. Aku tak ingin membaca pesan singkat mu yang lugu tapi manis. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskan aku sekeji ini.

Kalau kau ingin tau bagaimana perasaanku, seluruh kosa kata dalam milyaran bahasa tak mampu mendeskripsikan. Perasaan bukan lah susunan kata dan kalimat yang bisa di jelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkataan dan bualan. Aku lelah. Itulah perasaan ku. Sudahkah kau paham? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku selalu tak punya tempat dalam hatimu.

Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya; aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalan nya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun.... Sampai kapan aku harus terus mencoba?

Mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tau apa salahku sehingga kita yang baru saja kenal, baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata. Tak penasarankah kamu pada nasib yang membiarkan kita kedinginan seorang diri tanpa teman dan kekasih?

Seandainya kau tau perasaan ku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah---memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya tempat persinggahan, tempatmu meletakkan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.

Semoga kau tau, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. Aku memaksa diriku agar membencimu, setiap hari, ketika kulihat kamu bersama kekasih barumu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.

Bisakah kau bayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karna ia tak tau bagaiman perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya?
Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu tak perasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar