Selasa, 04 Maret 2014

Aku Melihatmu... Hari Ini...



Time to invisible… again…
Start from tomorrow…
Back to my hole…
Without you…

Kucoba menata hati. Kucoba memudarkan bayangmu dari kepalaku. Mencoba menikmati setiap rasa yang ada. Rindu, sakit, perih… Semua berkumpul memenuhi anganku. Aku tak ingin melihatmu. Tapi aku melihatmu lagi… hari ini…
Aku melihatmu pagi ini. Keluar dari gereja, berjalan bersama seseorang disisimu. Pertemuan yang tak kuinginkan. Berdesir hatiku saat melihatmu. Walau hanya bayang punggungmu yang tertangkap mataku. Tidak… Aku tak pernah cemburu padanya. Aku sadar bahwa memang itulah hidup kita yang sebenarnya. Kisah yang tak akan bisa berubah selamanya.
Hari ini aku berdoa. Hari ini aku kembali berpasrah. Menyerahkan semua rasa di hatiku kepadaNya. Berharap Dia mengambilnya kembali dari hatiku. Rasa yang memang seharusnya tak ada. Ah… Aku naif kan? Berharap untuk bisa walaupun aku masih mengharapkanmu. Damn… how stupid I am. Tak semudah berkata. Tak semudah hanya mengucap doa. Desiran hatiku yang menjawabnya.
Aku mencarimu dengan sudut mataku. Aku memasang telingaku untuk mendengar suaramu. Dan aku melihatmu. Berhenti di sebuah tempat yang sama denganku. Aku tahu, kamu melihatku. Kucoba untuk bersikap biasa. Terlebih banyak relasi yang ada di sekitar kita. Berbincang dengan 'seseorang'mu. Mungkin tak ada yang aneh di mata semua orang. Tapi tetap saja terasa janggal di hatiku.
Aku mencoba menatapmu. Mencari sebuah rasa di matamu. Dan aku tak menemukannya lagi. Baru 3 hari yang lalu kamu memelukku, menggenggam tanganku dan mengecup bibirku. Apakah cukup sampai disini sayang? Ataukah karena banyak mata yang ada di sekitar kita?
Aku tak berani bertanya. Aku tak punya hak untuk bertanya. Tetap saja, semua berjalan apa adanya. Tanpa kata, tanpa komitmen. Dan kali ini, tanpa kata ‘sayang’. Apa yang harus aku minta darimu? Perhatianmu, rasa sayangmu? Itu terlalu mewah untukku. Aku hanya bisa berharap. Aku hanya bisa merindu. Aku hanya bisa berdoa bahwa kamu tidak sejahat dan setega itu padaku. Aku hanya bisa bermimpi bahwa rasamu sama dengan rasaku.
Hari ini aku memimpikanmu lagi. Mendekapku hangat dalam pelukmu. Merasakan manisnya kecupan bibirmu. Aku tak ingin terbangun dari tidurku. Aku ingin terus merasakan hadirmu. Hfftt… aku tahu, aku merindukanmu. Walau ku tahu mungkin kamu tak pernah merindukanku. Entahlah sayang… mungkin mimpi itu akan hanya tinggal mimpi. Mimpi yang terbawa dalam tidurku.
Tak lagi kubiarkan air mata membasahi pipiku hari ini. Aku mencoba menerima kenyataan bahwa kamu adalah semu. Kamu adalah rasa yang tak nyata. Yang hanya bisa kugapai dalam angan-angan. Sekali lagi… aku tak pernah menyalahkanmu. Aku menyalahkan hatiku yang masih saja merindumu. Terhanyut dalam pesona indahmu.
Kamu adalah kamu. Seseorang yang bersinar terang di antara sekian banyak sosok disekitarku. Seseorang yang diberkati Tuhan dengan banyak talenta yang mengagumkan. Sementara aku. Aku hanya seorang perempuan penyendiri, cuek dan tidak seindah perempuan lain yang ada di sekitarmu. Dan aku hanyalah aku.
Kenapa aku sayang? Kenapa aku yang terpilih untuk kau lukai? Kenapa aku yang ‘terberkati’ merasakan manis dan pahitnya rasamu?
Aku tak pernah mencoba memikatmu. Aku tak pernah mencoba mendekatimu. Dari dulu aku mengagumimu, mengagumi sosokmu, mengagumi talentamu. Aku tak pernah berharap kamu melihatku. Aku sadar siapa diriku. Aku sadar dimana posisiku. Aku sadar betapa dalam jurang yang ada di depanku.
Aku melihatmu hari ini. Masih dengan rasaku. Masih mengharap suatu keajaiban yang akan terjadi besok. Menantimu di tempat persembunyianku. Mengharap hadirmu untuk melepas rinduku. Ah… aku tau. Itu hanya aku sayang, dan bukan kamu. Itu hanya rasaku, dan bukan rasamu.
Sekali lagi aku harus menyerah. Karena mungkin memang saatnya untuk menyerah. Mencoba lagi untuk berdamai dengan rasaku, berdamai dengan hatiku. Jangan datang lagi sayang. Cukup dua kali aku bergumul dengan rasaku. Rasa yang berakhir sama. Rasa yang meninggalkan luka. Rasaku…  untukmu…



Semu adalah kamu…
Nyata adalah rasaku…

  
untuk penghuni kenangan di tempat persembunyianku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar