Time to invisible… again…
Start from tomorrow…
Back to my hole…
Without you…
Kucoba
menata hati. Kucoba memudarkan bayangmu dari kepalaku. Mencoba menikmati setiap
rasa yang ada. Rindu, sakit, perih… Semua berkumpul memenuhi anganku. Aku tak
ingin melihatmu. Tapi aku melihatmu lagi… hari ini…
Aku
melihatmu pagi ini. Keluar dari gereja, berjalan
bersama seseorang disisimu. Pertemuan yang tak kuinginkan. Berdesir hatiku saat
melihatmu. Walau hanya bayang punggungmu yang tertangkap mataku. Tidak… Aku tak
pernah cemburu padanya. Aku sadar bahwa memang itulah hidup kita yang
sebenarnya. Kisah yang tak akan bisa berubah selamanya.
Hari
ini aku berdoa. Hari ini aku kembali berpasrah. Menyerahkan semua rasa di
hatiku kepadaNya. Berharap Dia mengambilnya kembali dari hatiku. Rasa yang
memang seharusnya tak ada. Ah… Aku naif kan? Berharap untuk bisa walaupun aku
masih mengharapkanmu. Damn… how stupid I am. Tak semudah berkata. Tak semudah
hanya mengucap doa. Desiran hatiku yang menjawabnya.
Aku
mencarimu dengan sudut mataku. Aku memasang telingaku untuk mendengar suaramu.
Dan aku melihatmu. Berhenti di sebuah tempat yang sama denganku. Aku tahu, kamu
melihatku. Kucoba untuk bersikap biasa. Terlebih banyak relasi yang ada di
sekitar kita. Berbincang dengan 'seseorang'mu. Mungkin tak ada
yang aneh di mata semua orang. Tapi tetap saja terasa janggal di hatiku.
Aku
mencoba menatapmu. Mencari sebuah rasa di matamu. Dan aku tak menemukannya
lagi. Baru 3 hari yang lalu kamu memelukku, menggenggam tanganku dan mengecup
bibirku. Apakah cukup sampai disini sayang? Ataukah karena banyak mata yang ada
di sekitar kita?
Aku
tak berani bertanya. Aku tak punya hak untuk bertanya. Tetap saja, semua
berjalan apa adanya. Tanpa kata, tanpa komitmen. Dan kali ini, tanpa kata ‘sayang’.
Apa yang harus aku minta darimu? Perhatianmu, rasa sayangmu? Itu terlalu mewah
untukku. Aku hanya bisa berharap. Aku hanya bisa merindu. Aku hanya bisa berdoa
bahwa kamu tidak sejahat dan setega itu padaku. Aku hanya bisa bermimpi bahwa
rasamu sama dengan rasaku.
Hari
ini aku memimpikanmu lagi. Mendekapku hangat dalam pelukmu. Merasakan manisnya
kecupan bibirmu. Aku tak ingin terbangun dari tidurku. Aku ingin terus
merasakan hadirmu. Hfftt… aku tahu, aku merindukanmu. Walau ku tahu mungkin
kamu tak pernah merindukanku. Entahlah sayang… mungkin mimpi itu akan hanya
tinggal mimpi. Mimpi yang terbawa dalam tidurku.
Tak
lagi kubiarkan air mata membasahi pipiku hari ini. Aku mencoba menerima kenyataan
bahwa kamu adalah semu. Kamu adalah rasa yang tak nyata. Yang hanya bisa
kugapai dalam angan-angan. Sekali lagi… aku tak pernah menyalahkanmu. Aku
menyalahkan hatiku yang masih saja merindumu. Terhanyut dalam pesona indahmu.
Kamu
adalah kamu. Seseorang yang bersinar terang di antara sekian banyak sosok
disekitarku. Seseorang yang diberkati Tuhan dengan banyak talenta yang
mengagumkan. Sementara aku. Aku hanya seorang perempuan penyendiri, cuek dan
tidak seindah perempuan lain yang ada di sekitarmu. Dan aku hanyalah aku.
Kenapa
aku sayang? Kenapa aku yang terpilih untuk kau lukai? Kenapa aku yang
‘terberkati’ merasakan manis dan pahitnya rasamu?
Aku
tak pernah mencoba memikatmu. Aku tak pernah mencoba mendekatimu. Dari dulu aku
mengagumimu, mengagumi sosokmu, mengagumi talentamu. Aku tak pernah berharap
kamu melihatku. Aku sadar siapa diriku. Aku sadar dimana posisiku. Aku sadar
betapa dalam jurang yang ada di depanku.
Aku
melihatmu hari ini. Masih dengan rasaku. Masih mengharap suatu keajaiban yang
akan terjadi besok. Menantimu di tempat persembunyianku. Mengharap hadirmu
untuk melepas rinduku. Ah… aku tau. Itu hanya aku sayang, dan bukan kamu. Itu
hanya rasaku, dan bukan rasamu.
Sekali
lagi aku harus menyerah. Karena mungkin memang saatnya untuk menyerah. Mencoba
lagi untuk berdamai dengan rasaku, berdamai dengan hatiku. Jangan datang lagi
sayang. Cukup dua kali aku bergumul dengan rasaku. Rasa yang berakhir sama.
Rasa yang meninggalkan luka. Rasaku…
untukmu…
Semu adalah kamu…
Nyata adalah rasaku…
untuk penghuni kenangan di
tempat persembunyianku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar